Translucent leather atau kulit transparan sebenarnya belum terlalu banyak yang meng-eskplore. Inti dari pembuatan kulit jenis ini adalah untuk membuat kulit menjadi bisa tembus atau dilewati oleh cahaya. Sebelum lebih jauh, untuk memahami bagaimana pembuatannya, tentu saja kita harus paham bagaiamana suatu benda dapat transparan atau dapat ditembus cahaya. Selain itu kita juga harus memahami efek dari penggunaan bahan kimia yang kita gunakan pada waktu proses pengolahan kulit, apakah nantinya akan membuat efek kulit menjadi tembus cahaya atau tidak.
Sebelum membahas bahan kimia yang kita gunakan, kita coba lihat dahulu apa itu kulit. Kulit itu sendiri merupakan polimer bahan alam yang merupakan rantai panjang asam amino atau protein. Apakah kalian pernah mengeringkan kulit setelah proses BHO (Beam House Operation)? Atau lebih mudahnya apakah pernah melihat kulit wayang yang belum diwarna?
Jika kalian pernah mengeringkan kulit yang sudah dibuang bulunya sudah pasti kalian menyadari bahwa kulit yang dikeringkan sebenarnya kulit sudah transparan. Jadi kita tinggal memikirkan bahan kimia apa yang akan kita gunakan agar kulit tetap dalam keadaan transparan. Sebagai awal kita lihat bahan pada proses bahan tanning. Bahan tanning yang banyak digunakan adalah krom. Krom sendiri berasal dari golongan mineral. Seperti mineral lainnya, krom juga bersifat menutup seperti pigmen pada pewarna finishing. Berbeda dengan dyestuff merupakan pewarna yang dapat ditembus cahaya. Sehingga kita harus mengeleminasi krom sebagai bahan tanning untuk membuat kulit transparan.
Contoh bahan tanning lain dari golongan mineral seperti Alumunium dan Zirconium berarti tidak bisa kita gunakan. Kita harus mencari bahan lain yang bukan dari golongan mineral akan tetapi dapat bersifat mengawetkan dalam hal ini tanning atau setidaknya kulit tidak mengalami kebengkak-an saat diproses fiksasi. Bahan yang kami gunakan sebagai bahan pengganti pada proses tanning adalah glukosa. Glukosa merupakan gula perekduksi golongan monosakarida. Berbeda dengan gula pasir yang termasuk disakarida. Gula pereduksi dapat berikatan dengan protein pada gugus amina.
Proses pembuatan kulit transparan ular seperti pada proses pada umumnya. Proses dimulai dengan proses Beam House Operation (BHO) yang bertujuan untuk menghilangkan sisik kulit ular. Proses ini kami lakukan dengan metode konvensional menggunakan bahan kapur bukan menggunakan enzim seperti pada postingan kami sebelumnya. Kami menggunakan metode konvensional hanya ingin membuktikan bahwa pembuatan kulit transparan bisa dilakukan dengan proses penghilangan sisik secara konvensional.
Penghilangan sisik ular |
Setelah proses penghilangan sisi ular selesai dan dipastikan sisik sudah hilang semua, maka dilanjutkan proses pickling dengan menurunkan pH sampai pada pH 3-4. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan proses selanjutnya yaitu proses tanning. Proses tanning menggunakan glukosa tidak berbeda pada proses tanning menggunakan formaldehid atau glutaraldehid. Proses tanning diawali pada pH 3 dan diakhiri pada pH 6.
pH akhir tanning pH 6 |
Dalam menaikkan pH pada prose tanning menggunakan soda kue yang ditambahkan secara perlahan-lahan.
Proses selanjutnya setelah proses tanning, dilakukan proses pasca tanning yang biasanya bertujuan untuk menentukan karakter kulit. Proses pasca tanning yang kami lakukan untuk membuat kulit transparan teridiri dari proses retanning dengan menggunakan akrilik, proses fatliquoring atau peminyakan, proses dyeing atau pewarnaan menggunakan acid dyestuff, dan fiksasi menggunakan asam formiat secara perlahan-lahan sampai pada pH 3,5.
Pengecekan kulit transparan, kami lakukan dengan membandingkan penggunaan bahan kimia proses tanning antara glukosa dan kombinasi antara glukosa dan formaldehid. Perbandingan transparansi dicek setelah proses tanning dan setelah proses pasca tanning.
Pengecekan kulit setelah proses tanning |
Perbandingan hasil kulit transparan |