Penggunaan Enzim pada proses BHO part 1

Proses BHO menggunakan enzim
Perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat. Penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan sudah sangat dihindari dan dilarang penggunaannya. Tak beda pada industri yang paling tua di dunia yaitu proses pengolahan kulit. Sungguh sangat disayangkan selama ini proses pengolahan kulit mengandung berbagai macam bahan kimia. Bahan baku alami atau organik yang berupa kulit diolah menjadi leather yang bersifat racun karena banyaknya bahan kimia yang dimasukkan agar kulit menjadi awet atau tahan lama. Belum lagi limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kulit terutama pada proses BHO dan tanning yang menggunakan krom.

Dewasa ini sudah banyak dikembangkan proses pengolahan kulit secara bioteknologi. Proses pengolahan kulit sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia akan tetapi menggunakan enzim yang dihasilkan oleh bakteri atau mikroorgnisme lain. Dengan menggunakan bioteknologi maka limbah dari pengolahan kulit akan mudah didegradasi atau mudah terurai di alam bebas sehingga tidak akan mencemari lingkungan. Selama ini kendala dari penggunaan enzim adalah dari segi harga yang sangat mahal. Apakah benar dengan harga enzim yang sangat mahal akan mempengaruhi atau menaikkan harga jual leather secara signifikan? Nanti di bawah, akan kami bahas berapa besaran biaya yang dikeluarkan untuk proses BHO ya…

Pertama kita akan membahas leather dari sudut pandang pengguna produk kulit terlebih dahulu. Pengguna leather seperti jaket, tas dan dompet di Indonesia tidaklah sedikit. Bagi orang awam lebih baik mengeluarkan sedikit lebih banyak uang untuk membeli produk dari kulit daripada harga murah tetapi bahan dari plastik atau vinil atau bahan lain seperti kain atau kanvas. Mereka sadar bahwa hal ini dikarenakan produk dari kulit sangat lebih awet atau tahan lama jika dibandingkan dengan bahan lain. Misalkan saja dompet untuk pria dari kulit sudah dapat dibeli dengan harga sekitaran 80rb sampai dengan 150rb akan bertahan 3 sampai 5 tahun kedepan, bahkan dengan perawatan akan mampu bertahan sampai 8-10 tahun kedepan. Bisa dikatakan produk dari kulit jika dibandingkan dengan produk dari bahan lain sebenarnya akan lebih menghemat pengeluaran. Sehingga bagi masyarakat umum saat ini sudah banyak berpindah ke produk dari bahan kulit atau leather. Jadi bisa dikatakan jika masyarakat umum sebenarnya sudah mengetahui dan sadar bahwa produk dari kulit lebih baik jika dibandinkan dengan bahan lain. Akan tetapi harga yang mahal dan model atau design yang kurang menarik bisa menyebabkan menurunnya permintaan.

Kedua kita akan melihat dari produksi pengolah kulit. Proses pengolahan kulit di Indonesia masih menggunakan metode konvensional sebagai contoh proses BHO yang masih menggunakan kapur dan sulfida, serta proses tanning yang masih menggunakan krom sebagai bahan penyamak utama. Produsen pengolah atau penyamak kulit selama ini hanya memenuhi permintaan produsen pembuat barang jadi. Produsen penyamak kulit bisa dikatakan sangat jarang mengikuti perkembangan teknologi di proses penyamakan kulit itu sendiri atau tidak adanya inovasi. Inovasi disini yang dimaksudkan tidak hanya terletak dari jenis artikel yang dibuat akan tetapi juga dari jenis finishingnya.

Berbeda dengan penyamak kulit yang tidak hanya menjual kulit tetapi juga mampu merekrut atau mempunyai karyawan yang bisa membuat barang jadi. Produsen penyamak kulit yang bisa membuat barang jadi selain dapat menjual kulit sebagai bahan pembuatan barang jadi, juga dapat menjual barang jadi sebagai produk langsung kepada konsumen. Sehingga produsen tipe ini tidak bergantung pada pasar jika permintaan menurun, karena mereka bisa berkomunikasi langsung dengan konsumen. Tentu saja pembuatan barang jadi didukung dengan design yang menarik.

Jika kita melihat, produsen barang jadi dari segi inovasinya akan selalu berusaha membuat barang jadi dengan design atau model yang baru, sedangkan para produsen penyamak kulit kurang bisa berinovasi. Saat ini para penyamak kulit dengan pasaran lokal, sebagian besar hanya berusaha membuat atau menyamak kulit dengan harga yang dapat bersaing. Banyaknya penyamak kulit dalam satu daerah lokal dengan pemasaran yang sama akan saling berperang harga dengan menurunkan serendah-rendahnya. Akan tetapi tidak bisa menonjolkan kelebihan dari kulit atau leather yang mereka hasilkan. Misalkan saja leather yang mereka hasilkan sudah sesuai dengan standar SNI atau belum. Bagaimanakah pengujiannya bagus atau tidak (konsumen di Indonesia belum sadar dan paham standar SNI leather).

Perlu dicatat saat ini kami sedang menguji penggunaan enzim pada kulit biawak awetan kering. Sehingga data-data yang akan kami tampilkan berikutnya hanya berasal dari pengolahan kulit dari kulit biawak awetan kering belum kulit yang lain. Kedepannya kami akan melakukan uji coba terhadap kulit lainnya seperti ular, kambing, sapi dan akan kami update di website kami. So, pantengin terus website kami ya…

Salah satu perkembangan teknologi dalam pengolahan kulit terutama pada proses BHO adalah penggunaan enzim. Enzim ini dapat menyingkat waktu proses secara signifikan. Proses BHO atau Beam House Operation yang merupakan awal dari sederetan proses pengolahan kulit mempunyai peranan yang sangat penting. Misalkan saja apabila proses pembasahan kulit tidak sempurna maka sudah dapat dipastikan proses kelanjutannya akan mengalami kegagalan dikarenakan bahan kimia tidak akan bisa masuk atau penetrasi ke dalam kulit.

BHO menggunakan enzim kulit biawak awetan kering
Proses BHO dilakukan dengan menggunakan bahan seperti air, garam, surfaktan, kapur, sulfida, Bating Agent, Degreaser, Asam Formiat dan Asam Sulfat. Penghilangan bulu atau sisik secara konvensional pada proses BHO dilakukan dengan menggunakan kapur Ca(OH)2 dan sulfida Na2S. Perlu diketahui Na2S jika dibiarkan di udara terbuka akan mengeluarkan gas yang berbau seperti telur busuk yang berasal dari sulfurnya. Dengan berbagai macam bahan kimia inilah yang menyebabkan limbah dari pengolahan kulit menjadi berbahaya dan beracun. Perlu dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dapat dibuang di alam. Tentu saja proses pengolahan limbah akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini nantinya akan menaikkan harga jual leather yang dibebankan ke konsumen.

BHO menggunakan enzim setelah 0,5 jam

Berbeda apabila kita proses BHO menggunakan enzim. Enzim yang berasal dari makhluk hidup tentu saja hasil limbahnya tidak akan mencemari lingkungan. Enzim yang digunakan pada proses BHO tidak merusak sisik akan tetapi mendigesti lapisan antara demis dan epidermis sehingga lapisan sisik dari kulit biawak dapat di kelupas dan tidak rusak. Sehingga apabila sisik dibuang ke alam bebas akan mudah terdegradasi. Secara konvensional pengolahan kulit biawak kering sampai mengelupasnya sisik diperlukan waktu selama 3 hari. Sedangkan menggunakan enzim proses ini dapat dilakukan hanya dalam waktu 2 jam sisik sudah dapat dikelupas.

BHO menggunakan enzim setelah 1 jam

Demikianlah sedikit pengenalan dari kami tentang inovasi pada proses pengolahan kulit terutama pada proses BHO atau Beam House Operation yang menggunakan enzim. Karena sudah terlalu banyak yang perlu ditulis dan dibaca maka untuk update biaya proses dan sedikit pengetahuan tentang enzim akan kami bahas pada artikel selanjutnya…. Terima kasih dan maaf…

Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yogyakarta

Blog Archive