Sebelum dan sesudah Pasca Tanning |
Apa sih pasca tanning itu?
Mengapa disebut pasca tanning?
Beberapa
orang menyebut proses ini dengan Post Tanning. Akan tetapi kami yang kuliah di
Politeknik ATK menyebut proses ini dengan Pasca Tanning. Proses Pasca Tanning
merupakan salah satu proses tahapan besar setelah proses tanning. Pada proses
ini jenis artikel kulit yang akan dibuat ditentukan. Bisa dibilang proses Pasca
Tanning sangat penting karena menciptakan karakter kulit seperti kepadatan,
kekakuan, dan sentuhan. Selain itu penambahan bahan kimia tertentu akan
menentukan pengujian fisis seperti kuat tarik.
Untuk
itu mari kita bahas apa itu pasca tanning. Untuk mengetahui pasca tanning
terlebih dahulu kita harus memahami tanning dahulu. Karena jenis bahan tanning
yang akan kita gunakan akan mempengaruhi proses pasca tanning itu sendiri.
Misal penyamakan atau tanning menggunakan mineral memerlukan proses netralisasi
sedangkan tanning menggunakan tanning nabati tidak memerlukan proses
netralisasi. Selain itu sebelum proses pasca tanning perlu adanya kontrol pH
yang akan menentukan masuknya bahan kimia yang akan kita gunakan.
Proses
pasca tanning secara umum terdiri dari :
- Retanning I
- Netralisasi
- Retanning II
- Dyeing
- Fatliquoring
- Fiksasi
Proses pasca tanning diatas
biasa dilakukan pada kulit dengan tanning mineral. Kondisi kulit pada posisi pH
sekitar 4. Bisa dikatakan kulit dalam kondisi asam. Sehingga jika dibutuhkan
proses Retanning I maka dimasukkan bahan-bahan yang bersifat asam. Beberapa
bahan kimia yang bisa dimasukkan dalam proses Retanning I diantaranya Krom
(Chrome) baik basisitas 33,33% maupun 45%, Alumunium (untuk Tanning), dan
glutaraldehyde. Tentu saja masing-masing bahan kimia yang kita masukkan akan
mempengaruhi karakter hasil jadi kulit (leather). Misa dengan penambahan krom
(Chrome/Cr sulfat) basisitas 33,33% akan lebih bersifat lemas dari pada
menggunakan krom 45%. Bahkan jika menambahkan krom sintan akan lebih membuat
karakter kulit lebih padat.
Proses Netralisasi merupakan
proses pengurangan sisa asam di dalam kulit. Proses ini dilakukan dengan jalan
menaikkan pH larutan yang nantinya akan menaikkan pH kulit. Misalkan kulit
untuk artikel atas sepatu (upper) akan berbeda dengan pH netralisasi kulit
untuk artikel glove. Semakin tinggi pH pada proses netralisasi akan
mengakibatkan kulit akan semakin lemas.
Proses Retanning II
bertujuan untuk mengisi dalam kulit. Banyak bahan kimia yang dapat digunakan
pada proses ini. Misalkan saja bahan tanning nabati seperti mimosa, quebracho
dan chestnut. Bahan-bahan tersebut akan banyak mengisi pada bagian ekor dari
kulit. Selain itu ada juga acrylic dan dicyandiamide. Bahan tipe acrylic
biasanya digunakan untuk menyamakan kepadatan kulit seperti pada bagian belly. Sedangkan
dicyandiamide cenderung untuk mengeraskan bagian grain.
Proses Dyeing berasal dari
kata dyes atau pewarna. Biasa dijual dipasaran dengan nama dyestuff atau dyes
buatan. Sehingga dyeing adalah proses pewarnaan. Pada proses pengolahan kulit
jenis dyestuff yang paling banyak digunakan adalah acid dyestuff. Dyestuff
jenis ini mempunyai rentang warna yang beragam. Selain itu dyestuff ini
memerlukan proses fiksasi untuk menyempurnakan ikatannya di dalam kulit.
Sehingga mudah digunakan.
Proses fatliquoring
merupakan proses peminyakan. Disebut fatliquoring karena berasal dari fat
(minyak/lemak) yang dibuat agar dapat bercampur dengan air. Proses pembuatan
fatliquor biasanya dari lemak hewani atau nabati yang di sulfitasi sehingga
dapat bercampur dengan air. Proses fatliquoring akan mempengaruhi kelemasan
kulit dan akan mempermudah gesekan antar serat di dalam kulit.
Proses fiksasi bisa dibilang
proses penyempurnaan ikatan. Proses ini dilakukan dengan menambahkan asam
formiat (formic acid/FA). Selain itu bisa juga dengan menambahkan resin
kationik. Dengan proses ini maka dyestuff dan fatliquor dapat terikat di dalam
kulit.
Hasil jadi kulit setelah
proses pasca tanning biasa disebut kulit krus (crust). Untuk kulit yang sudah
diwarna biasa disebut crust dyed. Untuk kulit jenis ini jarang diperjual
belikan. Karena biasanya perusahaan pengolahan kulit menentukan sendiri proses
pasca tanning nya agar didapat krus yang sesuai permintaan dari pembeli (buyer)
atau customer. Selain itu penggunaan bahan kimia proses pasca tanning akan
mempengaruhi jenis finishing yang akan digunakan. Sehingga perusahaan
pengolahan kulit harus tau betul-betul karakter kulit krus nya. Kulit krus yang
biasa diperdagangkan biasanya hanya kulit sapi krus yang belum diwarnai.