PENGAWETAN KULIT



Kulit ular pengawetan kering

Kenapa sih harus dilakukan pengawetan kulit? Kenapa tidak langsung dilakukan proses penyamakan? Sebelum kesana mari kita bahas apa sih pengawetan itu.

            Kulit yang baru dilepas dari tubuh hewan selambatnya 8 jam harus sudah mendapatkan perlakuan pengawetan ataupun penyamakan untuk menjaga agar jaringan dan struktur kulit tidak rusak dikarenakan bakteri dan mikroba yang berkembang di dalam kulit

 

Pengawetan kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu cara atau proses untuk mencegah terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen dalam jaringan kulit.  Prinsip pengawetan kulit adalah menciptakan kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme perusak kulit.  Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan kadar air sampai tingkat serendah mungkin dengan batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak mampu untuk tumbuh (± 5-10%).

Pengawetan kulit biasa dilakukan tergantung dari jenis kulitnya. Untuk kulit reptile seperti ular dan biawak biasa dilakukan dengan pengawetan kering. Pengawetan kering dilakukan dengan menjemur kulit mentah di bawah sinar matahari. Kulit reptile di pentang di kayu dengan posisi bagian flesh di atas (terkena sinar matahari).

Pengawetan untuk kulit kambing dan domba dilakukan dengan penggaraman atau garam tabur. Kulit mentah kambing atau domba diletakkan pada meja yang miring kemudian ditaburi garam secara merata. Sebelum kulit diletakkan terlebih dahulu meja juga ditaburi dengan garam. Kulit diletakkan dengan posisi bulu atau grain di bagian bawah. Untuk bagian paling atas kulit diletakkan dengan posisi grain atau bulu diatas sebagai penutup.

Pengawetan garam jenuh bisa dibilang merupakan perbaikan dari pengawetan garam tabur. Pengawetan dilakukan dengan merendam kulit pada larutan garam jenuh yang di tambah anti bakteri. Baru kemudian dilakukan seperti proses pengawetan garam tabur.

Pengawetan pickle atau pengasaman merupakan proses pengawetan yang biasa dilakukan oleh industri kelas menengah atas. Hal ini dikarenakan proses pengawetan pickle merupakan bagian dari proses penyamakan. Kulit yang biasa dilakukan pengawetan pickle adalah kulit kambing dan kulit domba. Proses ini membutuhkan drum dan bahan-bahan kimia. Pada industri skala besar mereka sering melakukan proses ini sendiri karena mempunyai tujuan artikel (tujuan penggunaan akhir kulit) yang akan dibuat.

Proses penyamakan menggunakan drum yang dilakukan secara sedikit akan sangat tidak efisien dan efektif. Sedangkan kulit mentah yang keluar dari pemotongan hewan tidaklah mungkin langsung menghasilkan banyak. Sehingga kulit mentah dari tempat pemotongan hewan tidak bisa langsung di proses penyamakan kulit. Untuk itulah kulit mentah di awetkan terlebih dahulu atau bisa dibilang ditimbun. Baru kemudian disalurkan ke industri penyamakan. Pada saat penimbunan atau penyimpanan kulit mentah hingga jumlah yang besar membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dilakukanlah proses pengawetan.
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive