Pengujian Analisa Kuantitatif di Industri Pengolahan Kulit


Analisa Kuantitatif
Perusahaan pengolahan kulit tidak serta merta hanya fokus mengolah kulit dari kulit mentah menjadi leather. Di dalam perusahaan juga terdapat analisa terhadap bahan kimia yang digunakan. Bayangkan saja jika hanya mengolah kulit tanpa memperhatikan bahan-bahan kimia yang digunakan. Perusahaan tidak akan mengetahui apakah bahan kimia yang digunakan sudah berubah atau belum seperti kandungan atau kadar airnya. Selain akan mempengaruhi hasil jadi leather yang dihasilkan tetapi juga akan mempengaruhi jumlah penggunaan bahan kimia.

Bahan tanning krom yang berupa krom sulfat sudah seharusnya berbentuk serbuk berwarna hijau. Apabila terlalu lama terpapar udara maka akan bisa menyerap air. Lama kelamaan bahan tersebut tidak berbentuk serbuk lagi tetapi akan berbentuk seperti pasta karena banyak mengandung air. Banyaknya kandungan air dalam bahan tersebut maka akan mempengaruhi kadar krom pada saat pemakaiannya. Dengan berkurangnya krom maka proses pengolahan kulit akan mempunyai kualitas yang berbeda.

Beberapa pengujian atau analisa kuantitatif yang biasa dilakukan dalam industri pengolahan kulit diantaranya :

1.      KesadahanAir

Industri pengolahan kulit adalah salah satu industri yang menggunakan air sebagai media prosesnya. Air menjadi media perantara untuk masuknya bahan kimia kedalam kulit. Kualitas air akan berpengaruh terhadap hasil jadi kulit yang dihasilkan. Yang dimaksudkan kualitas air disini adalah tingkat kesadahannya. Adanya logam Ca++ dan Mg++ akan mengganggu masuknya bahan kimia pada proses pengolahan kulit.

Proses pengolahan kulit terutama pada proses basah atau wet end diharapkan menggunakan air dengan tingkat kesadahan yang rendah hendaknya perlu dilakukan pengujian. Pengujian kesadahan air dilakukan dengan prinsip kompleksometri atau pembentukan senyawa komplek.

2.      Analisa kadar Asam dan Basa

Penggunaan asam pada industri pengolahan kulit paling banyak pada proses pickling di BHO (Beam House Operation). Asam yang paling banyak digunakan diantaranya asam sulfat, asam asetat, dan asam formiat. Penentuan kadar suatu asam dapat dilakukan dengan analisa asidi-alkalimetri. Prinsip dasarnya adalah mereaksikan asam dengan basa sehingga terbentuk garam.

Bahan kimia asam dan basa yang dilakukan pengujian analisa kuantitatif asidi-alkalimetri yaitu asam cuka CH3COOH dan soda kue NaHCO3.

3.      Analisa kadar asam formiat dengan kompleksometri

Asam formiat (HCOOH) merupakan salah satu asam yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan kulit proses basah atau wet end. Bahan ini digunakan untuk menurunkan pH dari larutan.

Analisa kadar asam formiat (HCOOH) bisa dilakukan dengan prinsip analisa kuantitatif secara kompleksometri. Pengujian kadar asam formiat (HCOOH) terlebih dahulu direaksikan dengan basa yaitu soda api atau NaOH. Setelah itu dititrasi dengan larutan KMnO4.

4.      Analisa kuantitatif bahan oksidator

Industri kulit tertutama pengolahan kulit proses wet end setidaknya menggunakan bahan oksidator seperti NaOCl yang berfungsi sebagai bahan bleaching atau pemutih. Pada proses pengolahan kulit bahan ini digunakan untuk memutihkan kulit. Selain itu juga digunakan untuk menghilangkan pigment warna pada kulit.


Penentuan kadar bahan oksidator dilakukan dengan prinsip analisa kuantitatif secara iodometri. Pegujian analisa kuantitatif secara iodometri menggunakan titran natrium thiosulphate atau Na2S2O3 dengan indikator amilum.
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive