AIR SADAH dan PENETAPANNYA


air

Air atau senyawa H­2O sangatlah penting bagi manusia. Sebagian besar tubuh manusia kurang lebih 70% terdiri dari air atau 2/3 dari berat tubuh. Dalam kehidupan sehari-hari selain untuk diminum, air juga digunakan manusia di dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah di pengolahan kulit.

Kenapa air sangat penting di proses pengolahan kulit?
Hampir semua proses di pengolahan kulit menggunakan air, tidak terkecuali finishing yang masuk dalam kategori dry process, tentu saja proses finishing yang menggunakan sistem water based atau dengan bahan kimia pengencer air. Proses pengolahan kulit mulai dari proses BHO hingga pasca tanning menggunakan banyak sekali air. Hal ini dikarenakan air berfungsi sebagai media untuk memasukkan bahan kimia ke dalam kulit ketika proses menggunakan drum.


Banyak pengolah kulit kurang memperhatikan kualitas air yang mereka gunakan sebagai media pada proses pengolahan kulit. Padahal kualitas air yang digunakan dalam proses pengolahan kulit akan mempengaruhi kulit jadi yang dihasilkan. Kurangnya perhatian para pengolah kulit atau industri kulit dalam memperhatikan kualitas air bisa dikarenakan akan adanya pembengkakan atau penambahan biaya proses. Selain itu juga akan menambah waktu yang semakin lama dalam memproses kulit.

Air pada proses pengolahan kulit dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila air yang digunakan bukan air sadah. Air sadah (hard water) secara umum digunakan untuk menjelaskan tentang air yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium. Namun, kesadahan air itu terjadi apabila ion-ion tersebut bereaksi dengan ion-ion hydrogen karbonat(bikarbonat/ HCO3-), sulfat (SO42-), atau klorida (Cl-). Selain air keras/sadah terdapat pula air lunak(soft water) yaitu air yang mengandung ion kalsium dan magnesium yang rendah sekali atau nol.

Kesadahan air ada dua yaitu kesadahan sementara dan kesadahan sementara. Kesadahan sementara disebabkan oleh garam bikarbonat(HCO3-) dengan kalsium(Ca2+) atau Magnesium (Mg2+). Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan pemanasan, sedangkan kesadahan tetap tidak bisa. Kesadahan tetap disebabkan adanya ion sulfat dan klorida. Kesadahan tetaap hanya bisa dihilangkan dengan penambahan bahan kimia.

Penentuan kesadahan air ditetapkan dengan derajat kesadahan. Salah satu Penentu nilai keasahan air dengan derajat Jerman (0G). Tiap satu satuan menunjukkan 10mg CaO dalam tiap liter larutan(BASF, Pocket book). Kriteria kesadahan air dibagi menjadi enam, yaitu :
1.              0-40G                           : sangat lunak/rendah
2.              4-80G                           : lunak/rendah
3.              8-120G                         : sedang
4.              12-180G                       : agak keras/tinggi
5.              18-300G                       : keras/tinggi
6.              Lebih dari 300G          : sangat keras/tinggi

Sedangkan menurut PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan  kualitas air  bersih, kadar  maksimum  kesadahan yang diperbolehkan adalah 500 mg/lt dihitung berdasarkan kesadahan air total yang dianggap sebagai CaCO3 (Astuti dkk : 2015). Pada industri penyamakan kulit, air yang terlalu sadah akan menyebabkan flek hitam pada proses penyamakan (tanning) dengan bahan penyamak nabati.

Penetapan kesadahan air total (Kalsium karbonat/CaCO3) dapat dilakukan dengan titrasi metode kompleksometri. Metode kompleksometri secara umum adalah titrasi  berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks salah satunya dinatrium edetat (Na2C10H14N2O8.2H2O) 0,05M setara dengan 0,1N (Imamkhasani : infolab lipi).

EDTA(Ethylene Diamine Tetra acetic Acid) salah satu bahan chelating agent yang sangat bermanfaat. Maksud dari chelating agent adalah bahan organik yang mempunyai dua atau lebih grup yang membentuk senyawa kompleks dengan ion metal (Christian, G.D. : Analytical Chemestry). Senyawa kompleks yang terbentuk disebut chelate. Chelating agent disebut dengan ligan. Titrasi dengan menggunakan chelating agent disebut dengan chelometric titration yang merupakan tipe dari titrasi kompleksometri.

Titrasi kompleksometri yang dilakukan dengan menggunakan titran dinatrium edetat (Na EDTA) memerlukan indikator. Indikator EBT merupakan salah satu indikator yang sering digunakan. Penggunaan indikator EBT dilakukan pada pH 10 (basa) dikarenakan indikator EBT pada pH 8-10 berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Sedangkan pada pH 5 (asam) indikator EBT akan berwarna merah sehingga titik akhir titrasi akan sukar diamati. Demikian pula jika pH titrasi lebih dari 12 (Hermawan : 2015)
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yogyakarta

Blog Archive