Sortasi Grading

Defek pada kulit pickle

Apakah sortasi grading sangat penting pada industri pengolahan kulit?
Setiap perusahaan pembuat barang pasti menginginkan barang jadi yang dihasilkan mempunyai kualitas atau mutu dan standar yang bagus di mata konsumen atau pembeli. Hal ini juga berlaku di industri pengolahan kulit. Bagi perusahaan pengolah kulit menghendaki kulit jadi atau leather yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar SNI bahkan standar internasional atau setidaknya sudah sesuai dengan permintaan pembeli. Untuk menjaga agar kualitas tetap sesuai maka perlu dialakukan kontrol agar pada setiap divisi atau bagian dari perusahaan sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Kulit yang menurut KBBI adalah pembalut paling luar tubuh, agar menjadi kulit jadi atau leather melalui tahapan proses yang tidak sebentar. Tahapan proses merubah kulit mentah menjadi leather terdiri dari 4 tahapan proses besar yaitu : BHO (Beam House Operation), Tanning, Pasca Tanning, dan Finishing. Pada setiap tahapan proses dilakukan kontrol agar proses sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu setelah proses selesai kulit yang dihasilkan akan dilakukan pengecekan apakah terdapat cacat atau tidak. Kemudian dilakukan pengelompokan agar kulit yang cacat bisa disisihkan dan disesuaikan dengan penggunaan akhirnya. Proses ini disebut sortasi grading.
Sortasi berasal dari kata sortir yang berarti memilih atau menyeleksi atau berarti penyaringan dan pemilihan secara urut untuk mendapatkan yang terbaik. Sedangkan grading atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, penentuan kualitas adalah batasan atau penetapan tingkat baik dan buruknya sesuatu.
Bagi perusahan atau industri pengolahan kulit proses sortasi grading menjadi hal yang krusial dan sangatlah penting. Selain kulit yang berasal dari alam terdapat cacat atau defek, selama proses pengolahan juga bisa timbul defek. Pemisahan kulit berdasarkan defek atau cacat diharapkan hasil jadi leather sesuai dengan yang diharapkan atau tidak adanya cacat. Apabila kulit jadi atau leather yang dihasilkan terdapat defek maka akan mengurangi harga jual bahkan leather tidak akan bisa dijual. Misalkan saja kulit jadi atau leather yang ingin dibuat adalah kulit full grain tanpa proses buffing. Otomatis kulit harus tanpa ada cacat sama sekali. Apabila kulit jadi terdapat cacat maka kulit tidak akan bisa digunakan untuk membuat barang jadi. Berbeda dengan kulit yang nantinya mengalami proses buffing atau ampelas. Sedikit cacat akan bisa disamarkan atau dihilangkan pada saat proses buffing. Contoh yang lain adalah kulit dengan motif atau embos seperti pada kulit sapi embos buaya. Dengan adanya embos maka cacat atau defek pada grain akan tersamarkan.


Proses sortasi grading sudah dimulai dari kulit mentah atau kulit awetan. Kemudian dilakukan setiap selesai tahapan proses besar seperti kulit pikel, wet blue, krus dan leather. Salah satu contoh SII klasifikasi terdapat pada kulit pikel. Kulit pikel atau kulit awetan pikel yang berasal dari proses BHO (Beam House Operation) sudah dilakukan proses sortasi grading. Klasifikasi mutu kulit pikel berdasarkan SII 0066-75 terdapat 5 klas yaitu :
1.      KLAS I
-          Luas kerusakan maks. 2%
-          Kerusakan tidak karena bakteri
-          Kerusakan ringan dan tidak pada tempat penting
-          Struktur kulit baik
-          Dipakai untuk kulit full grain
2.      KLAS II
-          Luas kerusakan maks.4% dan ringan
-          Kerusakan boleh pada tempat yang sedikit penting
-          Struktur kulit baik
-          Dipakai untuk kulit yang difinis dengan pigmen
3.      KLAS III
-          Luas kerusakan maks. 7%
-          Kerusakan boleh agak berat
-          Struktur kulit sedang
-          Dipakai untuk kulit corekted grain (plastic finish)
4.      KLAS IV
-          Luas kerusakan maks. 10%
-          Kerusakan boleh berat asal tidak tembus daging
-          Struktur kulit sedang
-          Dipakai untuk kulit corekted grain/Suede
5.      KLAS V
-          Luas kerusakan maks. 15%
-          Kerusakan berat asal tidak merusak kulit (kulit masih dapat digunakan)
-          Kerusakan boleh pada tempat yang penting
-          Struktur kulit kurang, kosong dan tipis

Walaupun sudah ada SII akan tetapi penerapan klasifikasi kulit di perusahan pengolahan kulit bukan berarti harus sama persis. Setiap perusahaan mempunyai klasifikasi tersendiri untuk kulit yang akan mereka proses. Biasanya penerapan klasifikasi kulit didasarkan pada penggunaan akhir dari kulit jadinya. Sehingga setiap perusahaan akan mempunyai standar klasifikasi kulit yang berbeda-beda
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive