Pengujian netralisasi |
Proses pengolahan kulit atau penyamakan yang terdiri
dari tahapan proses BHO, Tanning, Pasca Tanning, dan Finishing membutuhkan
proses yang tidak sebentar. Proses penyamakan kulit dalam satu kali proses
sampai menjadi leather (kulit jadi) bisa sampai 2 minggu. Dengan lamanya proses
maka diharapkan setiap tahapan proses diharapkan dapat berjalan lancar.
Pada kenyatannya proses penyamakan kulit dalam skala
industri besar tidak lepas dari berbagai macam masalah. Baik mulai dari
pengawetan kulit mentah hingga proses finishing. Bahkan pada tiap-tiap tahapan
proses bisa menimbulkan masalah jika kurangnya pengetahuan tentang proses
penyamakan kulit. Permasalahan yang paling banyak disebabkan oleh bahan baku
atau kulit itu sendiri. Kulit yang berasal dari alam mempunyai karakteristik
tersendiri. Semboyan pengolah kulit adalah tidak ada kulit yang kembar. Hal ini
berhubungan dengan jenis dan jumlah asam amino di dalam kulit.
Persmasalahan dari karakter kulit biasa disebut defect
atau cacat. Defect bisa terjadi baik pada hewan yang masih hidup, pada saat
penyembelihan maupun pada saat proses penyamakan. Permasalahan dari sifat alami
kulit yang sudah terlihat dari awal adalah adanya kulit loose. Persoalan kulit loose sudah menjadi hal yang umum di semua industri pengolah kulit. Terutama
pada industri pengolah kulit untuk artikel atasan sepatu. Sedangkan untuk
artikel glove kurang begitu menjadi permasalahan. Karena artikel kulit glove
mempunyai karakter kulit yang lemas.
Sedangkan permasalahan yang timbul pada saat proses
yang bisa terjadi pada setiap tahapan proses dikarenakan kurangnya kontrol
proses yang bagus. Hal ini bisa berkaitan dengan waktu yang tepat memasukkan
bahan kimia dan jumlah bahan kimia yang digunakan. Walaupun demikian semuanya
akan kembali kepada sifat alami kulit. Jika kulit yang berasal dari hewan yang
masih muda dicampur dengan kulit dari hewan yang sudah tua (berbeda umur) maka
akan menyebabkan penyerapan bahan kimia ke dalam kulit akan berbeda. Penyerapan
yang berbeda dikarenakan kandungan jenis asam amino protein pada kulit hewan
tersebut berbeda. Bahkan untuk kulit hewan jantan dan betina mempunyai karakter
yang berbeda pula. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi perusahaan pengolahan
kulit.
Salah satu tahapan yang mempunyai efek yang besar
terhadap hasil jadi kulit adalah proses netralisasi pada proses pasca tanning. Sebenarnya
tidak tepat jika dikatakan netralisasi yang berasal dari serapan Bahasa Inggris
yaitu neutralization. Kata yang lebih tepat adalah deacidification. Disebut
deacidification karena memang pada proses ini bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi asam sebagai akibat dari reaksi oxolation sebagai lanjutan dari
reaksi olation yang menghasilkan asam pada saat pemeraman. Sehingga proses tanning yang tidak menghasilkan asam tidak perlu dilakukan proses netralisasi seperti pada proses tanning nabati.
Proses netralisasi yang bertujuan mengurangi asam
dalam kulit mempunyai pengaruh yang besar dalam penentuan jenis artikel kulit
akhir yang diinginkan. Semakin lemas kulit yang diinginkan maka pH pada proses
netralisasi semakin tinggi. Jika menginginkan kulit yang lenting (kaku) maka pH
pada proses netralisasi dibuat rendah. Akan tetapi pH pada proses netralisasi mempunyai
rentang tertentu karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Proses
netralisasi dilakukan agar bahan kimia seperti dyestuff terutama fatliquor
dapat terpenetrasi sempurna ke dalam kulit.
Proses netralisasi yang terlalu rendah akan
mengakibatkan bahan fatliquor tidak bisa terpenetrasi sempurna ke dalam kulit. Hal
ini dikarenakan perbedaan pH antara kulit dengan bahan fatliquor. Apabila
fatliquor tidak bisa terpenetrasi sempurna maka tujuan fatliquor yang
mengurangi gesekan antar serat fiber akan tidak tercapai. Sehingga serat fiber
akan mudah rusak jika terkena aksi mekanis.
Berbeda halnya dengan dyestuff. Ada beberapa jenis dyestuff yang bisa terpenetrasi ke dalam kulit walaupun pH netralisasi dilakukan pada pH rendah. Akan tetapi jenis dyestuff ini kurang begitu banyak jenis warnanya, sehingga jarang digunakan dalam proses penyamakan kulit. Tipe dyestuff yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan kulit adalah tipe acid dyestuff. Tipe ini dapat terpenetrasi pada pH netraslisasi agak tinggi yang kemudian dapat dilakukan fiksasi dengan menambahkan asam untuk penyempurnaan ikatannya dengan kulit.
Berbeda halnya dengan dyestuff. Ada beberapa jenis dyestuff yang bisa terpenetrasi ke dalam kulit walaupun pH netralisasi dilakukan pada pH rendah. Akan tetapi jenis dyestuff ini kurang begitu banyak jenis warnanya, sehingga jarang digunakan dalam proses penyamakan kulit. Tipe dyestuff yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan kulit adalah tipe acid dyestuff. Tipe ini dapat terpenetrasi pada pH netraslisasi agak tinggi yang kemudian dapat dilakukan fiksasi dengan menambahkan asam untuk penyempurnaan ikatannya dengan kulit.