Kulit Loose


Kulit loose
Proses pengolahan kulit di Indonesia sudah semakin berkembang terutama industri-industri kecil. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya permintaan. Permintaan dari pemakai barang jadi dari kulit semakin bertambah karena mereka sadar bahwa barang jadi atau produk dari kulit lebih tahan lama. Sehingga mereka tidak menyesal walaupun merogoh kocek lebih dalam.


Prose pengolahan kulit dilakukan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Proses pengolahan kulit berjalan berurutan yang masing-masing tahapan prosesnya memakan waktu kurang lebih dua hari bahkan bisa lebih. Proses yang lama inilah salah satu penyebab harga kulit jadi atau leather menjadi membengkak selain penggunaan dari bahan kimianya. Belum ditambah dari permasalahan yang muncul saat proses pengolahan kulit dilakukan.


Proses pengolahan kulit sebagian orang menyebut dengan ilmu sulapan. Bagi orang yang bergerak dibidang pengolahan kulit pasti mengetahui kenapa disebut ilmu sulap. Ini dikarenakan proses kulit dilakukan didalam drum tertutup. Kulit dan bahan kimia dimasukkan di dalam drum tanpa kita mengetahui apa yang terjadi. Hanya saat kulit dikeluarkan dari drum dan di uji barulah kita mengetahuinya.


Salah satu kendala yang masih banyak dialami oleh pengolah kulit adalah keadaan kulit yang loose terutama bagian belly. Pada bagian belly menjadi penyebab kulit terlihat loose dikarenakan bagian belly merupakan bagian serat longgar. Sehinga jika bahan kimia yang kita gunakan kurang banyak dan kurang cocok maka akan terlihat sangat loose atau longgar. Kulit yang loose menjadi tidak bisa digunakan untuk membuat barang jadi, terutama untuk atasan sepatu yang membutuhkan kepadatan dan kelentingan kulit sehingga bentuknya selalu stabil.




Masalah loose menjadi polemik tersendiri yang harus segera diatasi. Walaupun permasalahan timbul karena sifat alami kulit dari binatangnya, namun industri perusahan kulit selalu berusaha mengatasinya dengan penambahan bahan kimia. Dengan semakin banyaknya penambahan bahan kimia maka harga jual kulit jadinya(leather) akan semakin mahal pula. Sedangkan jika dibiarkan maka harga kulit akan turun (untuk artikel tertentu).



Penyebab kulit loose ada beberapa macam bisa dari sifat alami kulit yang mempunyai 10-20% serat fiber yang longgar atau bisa dari proses. Proses yang paling banyak bisa menyebabkan kulit loose terjadi saat proses BHO. Karena pada Beam House Operation-lah banyak menggunakan bahan kimia yang bertujuan mengurangi atau menghilangkan komponen dari kulit. Sedangkan dari proses bisa terjadi pada saat tanning dikarenakan putaran drum yang terlalu cepat. Untuk mengatasi kulit loose bisa dengan menambahkan bahan tanning alumunium, glutaraldehid, polimer dan bahan tanning sintetik dengan perbandingan tertentu.


Kulit loose mudah diamati pada saat setelah proses pasca tanning. Proses pasca tanning secara umum merupakan proses yang bertujuan mengisi rongga bagian dalam kulit dengan berbagai bahan kimia. Proses pasca tanning juga merupakan proses basah yang terakhir pada proses pengolahan kulit. Selain itu pada proses inilah paling banyak menggunakan bahan kimia jika dibandingkan dengan proses yang lainnya. Setelah proses pasca tanning diikuti dengan proses kering atau perlakuan mekanis pada kulit. Perlakuan mekanis yang bisasa dilakukan diantaranya sammying, settting out, vacuum, toggling, buffing dan milling.

Secara spesifik untuk mengisi bagian di dalam kulit yang dapat menambah ketebalan kulit terletak pada proses retanning II yang merupakan bagian dari proses pasca tanning. Jenis dan jumlah bahan kimia yang digunakan pada proses retanning II dapat menyebabkan kulit terasa padat atau tidak dan mengatur seberapa besar ketebalan kulit yang diinginkan. Semakin banyak bahan kimia yang digunakan maka kulit akan terasa lebih padat dan ketebalan kulit akan semakin bertambah
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive