Stratagrafik Lapisan Finishing

Kulit finish (Leather)

Hampir semua benda yang dibuat manusia dilakukan dengan finishing walaupun mempunyai cara yang berbeda-beda. Finishing menurut arti kata adalah akhir atau bisa dikatakan penyelesaian akhir dari suatu proses, dalam hal ini pembuatan barang jadi. Finishing adalah memberikan lapisan tipis (film) yang mempunyai tujuan utamanya bersifat melindungi dan memperindah. Lapisan tipis ini berasal dari polimer bahan kimia seperti akrilik. Untuk mempermudah memahami apa itu finishing, bayangkan saja rekan-rekan melapisi suatu barang dengan plastik tipis. Nah, lapisan plastik tipis yang melindungi barang itulah merupakan finishing.
Lapisan tipis dari finishing pada proses pengolahan kulit selain memberikan perlindungan dan memperindah, juga diharapkan dapat mengurangi defek atau cacat dari kulit. Bahkan kalua bisa defek hilang sama sekali. Akan tetapi kenyataannya tidak semudah itu. Biasanya defek atau cacat yang masih terlihat setelah jadi kulit krus (crust), defek dapat tersamarkan. Kecuali finishing yang dilakukan menggunakan pewarna pigment (biasa dibilang cat tutup) sehingga defek atau cacat dapat tertutup sempurna. Akan lebih sempurna lagi apabila kulit diamplas (buffing) kemudian hasil akhir diembos (cetak) pori maka defek atau cacat akan semakin tidak terlihat.
Finishing pada proses pengolahan kulit tidak berbeda dengan proses finishing pada umumnya. Penggunaan bahan kimia finishing juga tidaklah berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah barang yang di finishing berupa kulit yang mempunyai sifat lentur dan lemas. Jadi penggunaan bahan finishing haruslah tidak boleh terlalu keras yang nantinya dapat mengakibatkan kulit menjadi kaku. Jenis artikel kulit yang akan dibuat juga akan sangat menentukan bahan finishing yang akan digunakan. Misalkan saja penggunaan bahan finishing untuk artikel sepatu akan berbeda dengan sarung tangan.


Proses finishing bisa dilakukan atau diaplikasikan dengan berbagai macam alat. Beberapa diantaranya kuas, ulas, spray, roll coater dan curtain coater. Walaupun proses aplikasinya berbeda namun tahapan atau lapisan pada proses finishing cenderung sama. Secara umum lapisan pada proses finishing pengolahan kulit dibagi menjadi tiga  yaitu base coat, medium coat dan top coat. Masing-masing lapisan mempunyai funsgsi, tujuan dan karakter tersendiri sehingga penempatannya jarang dibolak-balik sesuai dengan urutannnya kecuali untuk artikel dengan efek tertentu.
1.      Base Coat
Base coat merupakan lapisan awal atau dasar pada proses finishing. Karena merupakan lapisan dasar maka lapisan base coat harus mempunyai daya rekat (adhesi) yang kuat ke kulit. Bayangkan saja jika lapisan ini tidak mempunyai daya rekat yang kuat maka lapisan finishing akan mudah mengelupas. Selain itu lapisan base coat harus mampu mengikuti kelenturan atau perubahan bentuk dari kulit. Sehingga apabila kulit di bengkok-kan lapisan ini tidak akan pecah. Penggunaan binder tipe soft atau lunak menjadi pilihan utama untuk lapisan ini. Atau bisa dikatakan lapisan base coat haruslah memiliki fleksibilitas yang bagus.
2.      Medium Coat
Bagi sebagian orang lapisan medium coat dikatakan sebagai lapisan ‘colour coat’. Disebut demikian karena pada lapisan inilah bahan pewarna ditambahkan. Bahan pewarna yang digunakan bisa berupa dyestuff ataupun pigment tergantung dari jenis akhir finishing yang diinginkan. Jika ingin tampak lebih natural maka memakai dyestuff yang bersifat transparan. Sedangkan untuk yang menutup menggunakan pigment.
3.      Top Coat
Top coat merupakan lapisan akhir pada proses finishing. Lapisan inilah yang diharapkan dapat menahan kulit dari gesekan atau gosok. Pengujian kulit terhadap ketahanan warna pada pengujian organoleptis kulit jadi (leather) yang dilakukan menggunakan alat crockmeter pada prinsipnya juga menggunakan gesekan. Sehingga bisa diketahui seberapa bagus leather(kulit jadi) pada saat dipakai terkena berbagai macam gesekan apakah ada perubahan warna atau tidak. Selain itu jika kulit tahan gosokan maka diharapkan pewarna yang digunakan tidak mengotori baju/pakaian saat barang jadi (misal : jaket) dari kulit diapakai.
Lapisan top coat agar mempunyai daya pakai atau ketahanan yang lebih baik biasanya ditambah dengan silikon. Bahan ini digunakan agar permukaan lebih licin. Untuk sekedar catatan bagi rekan-rekan yang ingin melakukan finishing agar hati-hati agar lapisan finishing tidak terlalu tebal. Lapisan finishing yang terlalu tebal malah nantinya akan menutup pori-pori dari kulit. Misalkan saja jaket kulit yang difinishing terlalu tebal maka akan membuat pemakainya mudah gerah.
 
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive