Alternatif Tanning Alami (Nabati) bag. 2

 

Saat ini dunia sedang berlomba-lomba membuat bahan tanning yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan krom sebagai bahan tanning sudah mulai dibatasi dan bahkan sudah tidak ada yang mau menggunakannya lagi. Akan tetapi sampai saat ini belum ada yang bisa menggantikan krom sebagai bahan tanning yang bisa digunakan di berbagai artikel mulai dari kulit soft sampai dengan kulit yang kaku.

Tanning nabati dari babakan kayu akasia menjadi salah satu alternatif bahan tanning yang ramah lingkungan karena berasal dari alam. Hanya saja bahan tanning ini mempunyai kelemahan pada kulit yang dihasilkan cenderung kaku. Sehingga belum bisa digunkan untuk kulit softy seperti artikel sarung tangan.

Penggunaan aldehid dari formlain dan glutaraldehid juga sudah mulai dikurangi bahkan sudah tidak diperbolehkan lagi menggunakan formalin sebagai bahan tanning. Salah satu penggantinya adalah bahan tanning DAS (dialdehid starch) tang dibuat dengan mereaksikan periodate dengan sakarida (DAS) maupun selulosa (DAC) sehingga mempunya 2 gugus aldehid yang bisa digunakan sebagai bahan tanning. Salah satu kelemahan penggunaan bahan ini adalah mahalnya harga pereaksi periodate.

Lanxess juga membuat bahan tanning yang eco-friendly dara carbamoyl (PCMS), sedangkan Stahl mempunyai Granofin F90 yang berasal dari trizain. Walaupun sudah ada perusahaan besar yang mempunyai bahan tanning yang eco-friendly, akan tetapi masih banyak yang berusaha membuat bahan tanning yang lebih ramah lingkungan yang berasal dari tanaman (nabati). Granofin F90 yang merupakan bahan tanning eco-friendly (hasil jadi bahan tanning) tetapi dalam pembuatannya menggunakan Cyanuric chloride yang merupakan bahan berbahaya. Mungkin saja hal ini yang masih mendorong banyak peniliti yang berusaha mencari bahan tanning alternatif yang berasal dari alam.

Bahan tanning yang berasal dari alam seperti dari kayu (akasia), apakah nantinya akan menyebabkan deforestasi? Alternatif lainnya adalah bahan tanning yang bisa didapatkan dari buah misalkan saja genipin. Genipin bisa didapatkan dari ekstraksi buah genipa yang merupakan bahan crosslinker alami untuk protein. Sehingga dapat dipastikan senyawa ini biodegradable. Kelemahan penggunaan bahan ini akan menghasilkan warna biru pada kulit. Atau alternatif lain dari daun zaitun. Hasil kulitnya disebut wet green. Bahkan penggunaan bahan tanning dari daun zaitun sudah digunakan dan di skala industri.

Selain bahan diatas, salah satu senyawa yang bisa digunakan untuk tanning adalah quinone. quinone sudah disebutkan oleh mas Covington sebagai senyawa yang dapat digunakan bahan tanning. Hanya saja pembuatan bahan ini masih dilakukan secara sintetis dan dikategorikan sebagai bahan yang berbahaya. Quinone merupakan senyawa aromatis (benzene) yang mempunyai 2 oksigen dengan ikatan rangkap pada karbon aromatisnya. Quinone dapat digunakan sebagai bahan tanning karena mampu menghubungkan 2 fiber protein dan akan menaikkan suhu kerutnya.

KENYATAAN

Quinone bisa didapatkan dengan mereaksikan phenol (mono) dengan enzim tyrosinase menghasilkan o-quinone yang bisa digunakan sebagai crosslinker yang berikatan dengan gugus amina. Enzim tyrosinase adalah enzim poliphenol oxidase (PPO) yang menyebabkan pencoklatan seperti pada kulit pisang dan buah apel setelah dipotong. Sehingga enzim ini akan sangat mudah ditemukan di alam.

HIPOTESA

Memang benar enzim PPO dapat merubah phenol menjadi quinone. Akan tetapi keberadaan phenol (mono) di alam apakah melimpah? Dengan asumsi bahwa bahan tanning tidak diperbolehkan deforestasi maka kita harus mencari alternatif lain.

  1. Misalkan saja kita mmapu menghidrolis lignin sehingga didapatkan senyawa phenol, kemudian dapat diereaksikan dengan enzim PPO maka akan sangat menguntungkan bagi kita.
  2. Misalkan saja kita mencari sumber phenol dari daun. Daun banyak kandungan flavonoidnya. Akan tetapi bagaimana dengan favonolnya? Seandainya kita bisa merubah flavonoid atau flavonol menjadi senyawa yang mempunyai struktur seperti quinone (mempunyai 2 oksigen dengan ikatan rangkap pada karbon aromatisnya) secara enzimatis (PPO), apakah bisa digunakan sebagai bahan tanning? Jika seandainya bisa digunakan sebagai bahan tanning, maka akan sangat menguntungkan bagi kita. Selain bahan berasal dari alam yang sangat mudah didapat, tidak deforestasi, tentu saja akan menjadi bahan tanning eco-friendly dan biodegradable.

Akan tetapi seperti pada kulit pisang dan buah apel setelah dipotong, tanning menggunakan quinone akan menyebabkan warna kecoklatan "browning"

Thanks to : Bp. Edy P., dosen yang merubah pola pikir kami dalam pengolahan kulit

Sumber :

Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive