Kulit Nabati Sapi |
Proses tanning yang merupakan
inti dari proses pengolahan kulit bertujuan untuk merubah kulit yang mudah
busuk menjadi tidak mudak busuk. Bahan kimia yang paling banyak digunakan
adalah krom yang berbentuk serbuk berwarna kehijauan dalam bentuk krom sulfat.
Walaupun krom juga terkandung dalam tubuh kita dalam jumlah yang sedikit, akan
tetapi jika sampai masuk dalam tubuh dalam jumlah yang berlebih maka akan
mengganggu kesehatan.
Penggunaan krom di klaim sudah
tidak berbahaya karena krom yang digunakan mempunyai bilangan oksidasi III.
Sedangkan krom yang berbahaya adalah krom dengan bilangan oksidasi VI seperti pada
K2Cr2O7 yang berwarna jingga. Akan tetapi pada kenyataannya penggunaan krom
bilangan oksidasi III sebagai bahan tanning dapat berubah menjadi krom VI
apabila teroksidasi selama proses pengolahan kulit. Selain itu pada penyimpanan
yang kurang baik kulit wet blue atau kulit yang sudah disamak dengan krom dapat
merubah krom III menjadi krom VI. Penyimpanan kulit wet blue yang kurang baik
biasanya terjadi jika kulit terpapar oleh sinar matahari sehingga akan terjadi
proses oksidasi.
Salah satu alternatif bahan
yang digunakan pada proses tanning
adalah Vegtan atau Vegetable tanning yang biasa disebut
nabati. Bahan ini berasal dari tumbuhan baik dari akar, batang, ataupun daun
yang mengandung bahan tannin. Gugus aktif yang terdapat pada zat penyamak
nabati adalah gugus hidroksil (-OH) yang terdapat pada komponen aromatis
polifenol. Gugus inilah yang nantinya membentuk ikatan hidrohen dengan amina
pada ujung rantai samping bebas dari asam amino.
Zat penyamak nabati mempunyai
sifat-sifat fisik yang mudah dikenali diantaranya berwarna coklat muda sampai
tua, rasa sepet (sepat) di lidah, mudah lengket di tangan dan akan berubah
menjadi biru tua apabila terkena besi. Sedangkan jika dilihat dari sifat
kimianya, zat penyamak nabati mempunyai sifat diantaranya mudah teroksidasi
menjadi coklat tua, dapat membentuk kompleks yang kuat dengan karbohidrat dan
mengendapkan protein, molekul akan mengalami perbesaran (agregasi) pada pH asam
(kecuali golongan hidrolisa), molekul membesar pada konsentrasi tinggi dan
mengecil pada konsentrasi rendah dan yang terakhir pada temperature yang tinggi
zat penyamak nabati akan terhidrolisa.
Secara umum zat penyamak
nabati merupakan komponen molekul besar dengan BM mencapai 300-5000 dengan
formula empiris C76H52O46 yang disebut Tannic acid, tidak berwarna hingga
kuning pucat. Merupakan glukosida yang mempunyai lima gugus hidroksil dari
molekul glukosa yang diesterifikasi dengan molekul digallic acid. Zat penyamak
nabati dapat dikatakan merupakan komponen polifenol yang besar yang mengandung
hidroksil (-OH) dan gugus lainnya seperti gugus karboksilat, membentuk ikatan
kompleks yang kuat dengan protein dan molekul lain.
Dilihat dari komponen penyusun
zat penyamak nabati dibagi menjadi dua golongan besar yaitu golongan zat
penyamak nabati hidrolisa dan zat penyamak nabati kondensasi. Dalam zat
penyamak nabati golongan hidrolisa atau disebut pyrogallol tan terdapat molekul
tannin yang merupakan polyol carbohydrate (D-glukose), yang mana gugus
hidroksil baik keseluruhan atau parsial ter-esterifikasi (ikatan ester) dengan
gugus hidroksil fenola seperti gallic acid (pada gallotannins) atau ellagic
acid (pada ellagitannins). Disebut hidrolisa karena zat penyamak nabati ini
dalam suasana asam atau basa kuat menghasilkam karbohidrat dan asam fenolat.
Fermentasi jangka panjang menyebabkan hidrolisa ikatan ester yang menghaslkan
asam tak larut seperti ellagic tannin. Zat penyamak nabati hirdrolisa kurang
mempunyai daya samak (astringency) dibandingkan dengan tipe kondensasi.
Golongan ini mudah terhidrolisa karena ikatan ester yang kurang stabil terhadap
suasana asam atau basa kuat.
Zat penyamak nabati kondensasi
dikenal juga sebagai proanthocuanidins atau catechol tan yang merupakan polimer
yang tersusun atas 2 sampai 50 unit flavonoid yang bergabung melalui ikatan
kovalen carbon-carbon (C-C), yang sangat sulit untuk terurai terhidrolisa.
Semakin besar berat
molekul (BM) dari zat penyamak nabati yang digunakan maka daya samaknya akan
semakin tinggi akan tetapi penetrasinya ke dalam kulit akan semakin lambat.
Sebagai contoh catechol tan cenderung memberikan warna kemerahan dan
astringency nya sangat tinggi. Apabila didiamkan dalam larutan maka akan
terjadi endapan kemerahan dari phlobaphenes seperti mimosa, quebracho, dan
mangrove. Konsep penyamakan nabati adalah diawali dengan penetrasi zat penyamak
nabati yang tinggi dan fiksasi lambat kemudian diakhiri dengan penetrasi zat
penyamak nabati uang lambat dan fiksasi cepat.
Hasil akhir kulit tanning nabati (babakan kayu) mempunyai suhu kerut 75-80 0C. Suhu kerut maksimal yang bisa tercapai 85 0C tergantung dari bahan yang digunakan.