Memahami Konsep Pengolahan Kulit Bag.1

Kami, Kita, yang bersinggungan dengan proses pengolahan kulit sedikit banyak berusaha memahami konsep bagaimana leather dibuat walaupun memang ada yang hanya sekedar memasukkan bahan kimia pada prosesnya tanpa mengetahui apa yang terjadi di dalam kulit. Kami, Kita, yakin diluar sana di Indonesia ada orang-orang yang sangat paham bagaimana konsep proses pengolahan kulit yang menggunakan bahan kimia tertentu baik secara teoritis maupun dapat dibuktikan tanpa menggunakan alasan "logis" maupun "cocoklogi". Hanya saja apakah keilmuan secara khususnya bisa (boleh) diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya? Apalagi kami yang tidak mempunyai background kimia, bagaimana kami bisa memahami konsep pengolahan kulit yang didalamya banyak menggunakan bahan kimia? Tentu saja beserta reaksinya.

Misalkan saja proses penghilangan bulu pada proses Beam House Operation (BHO). Apakah Kami, Kita, mengetahui apa yang terjadi kenapa bulu pada kulit bisa "hilang"? Secara teori memang memecah rantai sulfur. Pertanyaannya adalah kenapa Na2S bisa memecah rantai sulfur? Apakah ada bahan penggantinya? Seandainya kita menginginkan riset untuk mengganti Na2S berarti setidaknya kita memahami dahulu proses pemecahan rantai sulfur, baru kemudian kita cari penggantinya.

Jadi apakah kita benar-benar memahami proses pengolahan kulit? Ataukah sebenarnya Kami, Kita ini sekedar didikte untuk mengikuti aturan formulasi tanpa mengetahui keberadaan substansi pengganti lainnya dan atau bagaimana proses terjadinya?

Proses BHO merupakan proses awal dari proses pengolahan kulit jika kita mengesampingkan proses pengawetan kulit mentah ya
ng sebenarnya juga bisa mempengaruhi kualitas dari kulit jadi atau leather. Beberapa pertanyaan-pertanyaan dalam proses BHO yang mungkin bisa membuat kita bertanya-tanya diantaranya :

  1. Air merupakan bahan "kimia" utama dalam proses pengolahan kulit sebagai media masuknya bahan kimia lainnya ke dalam kulit. Apakah kita diperbolehkan menggunakan air sadah? Jika tidak, apa yang terjadi dan seberapa besar pengaruhnya?
  2. Proses selanjutnya adalah proses liming atau proses penghilangan bulu. Apakah kita bisa menghilangkan kapur? Ataukah ada yang bisa menggantikannya?
  3. Dalam proses penghilangan bulu juga menggunakan Na2S. Apakah bahan ini hanya bereaksi pada ikatan disulfida pada keratin? Adakah cara untuk mengontrol reaksi ini? Bagaiama dengan enzim?
  4. Kenapa proses bleaching harus dicuci dengan sodium bisulfit atau sodium metabisulfit? Apa yang terjadi?
  5. Bagaiaman proses depigmentasi? Sebenarnya apa itu pigmen kulit? Kenapa warna kulitnya (misal warna hitam pada kulit ular) bisa hilang pada depigmentasi? Apa yang terjadi dengan pigmen warnanya? Apakah berpengaruh pada protein lainnya atau tidak?
  6. Begitu pula dengan bating. Apakah proses bating dapat mempengaruhi selain protein globular?
  7. Proses selanjutnya adalah degreasing. Apakah benar lemak atau minyak alami dalam kulit bisa hilang sempurna? Bagaimana mekanisme terjadinya proses degreasing? APakah dengan bukti larutan berwarna putih keruh membuktikan lemak dan minyak alaminya hilang? Kenapa larutannya bisa berubah menjadi putih keruh?
  8. Proses terakhir pada proses BHO adalah pickling jika diperlukan yang selama ini menggunakan garam dan asam. Kenapa garam bisa menahan kebengkakan? Apakah pickling bisa dilakukan jika tanpa menggunakan garam?

Setelah proses BHO adalah proses tanning. Bisa dikatakan proses tanning merupakan proses inti dalam proses pengolahan kulit, karena pada proses ini merubah kulit mentah menjadi kulit tersamak yang tahan terhadap pembusukan. Sebelum ke proses tanning kita bisa bertanya-tanya kenapa kulit bisa busuk sedangkan kulit yang disamak tidak bisa busuk? Sebenarnya apa yang terjadi saat pembusukan?

Kita semua tahu, proses taning sejak dahulu sampai sekarang yang paling banyak digunakan adalah tanning krom. Kita juga mengetahui bahwa krom dapat membuat ikatan silang yang menghubungkan antar fiber kulit. Kita juga mengetahui bahwa yang kita gunakan adalah bahan krom sulfat. Tetapi kenapa bukan kalium kromiat? Ataupun krom sulfat dengan basisitas 0%? Apa yang terjadi saat kita menaikkan basisitas jika pH terlalu tinggi? Apakah kita gagal proses tanning? Apakah Kita mengetahui bagaimana asal usul rumus mencari berat soda yang diperlukan? Apakah Kita pernah bertanya-tanya dan memahami bagaimana konsep tanning krom?

Sebelumnya sudah kami sebutkan diatas bahwa tanning krom dapat menghubungkan antar fiber protein pada gugus karboksilat. Bahan yang lain seperti glutaraldehid bisa menjadi bahan tanning karena bisa berikatan pada gugus amina protein. Jadi bisa dikatakan bahwa gugus aktif pada protein yang bisa dihubungkan adalah gugus karboksilat dan gugus amina. Apakah ada gugus lain yang bisa digunakan selain dua gugus tersebut?

Proses tanning menggunakan glutaraldehid salah satunya menggunakan produk paten GT50. Yang intinya gugus aldehid pada glutaraldehid akan berikatan pada gugus amina protein. Jika demikian apakah semua bahan yang mempunyai gugus aldehid bisa digunakan untuk tanning? Apakah senyawa yang mempunyai 1 (satu) gugus aldehid saja disalah satu ujungnya bisa digunakan untuk tanning? Ataukah ada aturan khusus agar suatu bahan yang mengandung gugus aldehid bisa digunakan untuk tanning? Misalkan saja glutaraldehid mempunyai rantai karbon dalam jumlah tertentu, berapakah jumlah karbon yang harus digunakan agar dapat menghubungkan antar fiber protein? Apakah Glyoxal yang hanya mempunyai 2 (dua) karbon dan 2 (dua) gugus aldehid (berada di ujung rantai kanan dan kirinya) bisa digunakan untuk tanning?

Salah satu pengujian selesainya proses tanning adalah dengan menguji suhu kerut. Pengujian suhu kerut dilakukan dengan pengamatan pada suhu berapa mulai mengkerut yang dimasukkan dalam air yang dipanaskan. Jika Kita anggap suhu kerut kulit mentah pada suhu 50 oC, maka kulit yang di-tanning krom akan dapat mencapai suhu kerut 90 oC (syarat dan ketentuan berlaku). Kenapa bisa demikian?

Jika krom dapat menghubungkan 2 (dua) gugus karboksilat pada fiber protein, maka apakah jika kita mempunyai suatu senyawa yang bereaksi dengan gugus aktif protein (amina dan karboksilat) tetapi tidak bisa menghubungkan antar fiber bisa dikatakan tanning? Jika kita dapat mereaksikan semua gugus aktif protein dengan suatu senyawa tanpa menghubungkan antar fiber sehinggaa tidak ada lagi gugus aktif protein yang tersisa, dapatkah menaikkan suhu kerut dan kulit menjadi tidak busuk?

Mungkin diatas beberapa pertanyaan dalam Kita memahami konsep pengolahan kulit pada proses BHO dan tanning. Mungkin masih ada banyak pertanyaan lagi. Bagaimana dengan proses pasca tanning dan finishing?

Kredit : Thanks to

`Falih TPK '22

`Sahban TPK `20

Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive