Membuat Finishing Antik di Kulit Nabati

kulit nabati finishing antik

Penggunaan krom dewasa ini sudah sangat dikurangi. Banyak negara-negara maju sudah membatasi penggunaan krom hingga sampai sebanyak 2% saja. Hal ini dikarenakan krom menjadi sangat berbahaya jika berbah dari krom valensi +3 menjadi krom valensi +6. Sehingga perlu ada perubahan dalam proses pengolahan kulit terutama di Indonesia.
Salah satu alternatif pengganti bahan krom adalah dengan menggunakan bahan nabati atau vegetable. Jika pada proses tanning-nya menggunakan bahan nabati maka kulit krusnya disebut kulit vegtan atau vegetable tanned. Hanya saja kekurangan terbesar dari kulit vegtan adalah rentan terhadap suhu yang tinggi atau panas. Kulit vegtan tidak kuat terhadap suhu lebih dari 80 0C. Sehingga kulit vegtan tidak bisa digunakan sebagai kulit atasan sepatu.



Kulit vegtan yang tidak tahan terhadap suhu yang tinggi masih dapat digunakan untuk artikel yang lain seperti dompet dan tas. Kelebihan dari kulit vegtan adalah mempunyai sifat statis yang apabila ditekan sehingga tidak mudah balik lagi. Karena sifat inilah bahan nabati banyak digunakan untuk kulit-kulit yang nantinya di embos atau cetak seperti motif buaya dan ular. Kelebihan yang lain adalah karena bahan nabati dari tumbuh-tumbuhan maka kulit yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
Kulit vegtan di Indonesia biasa disebut kulit nabati. Jenis kulit ini di pasaran paling banyak menggunakan bahan baku kulit sapi. Sedangkan tempat yang paling banyak mengolahnya berada di Magetan. Kulit nabati dari sapi di Indonesia paling banyak digunakan untuk membuat dompet dan tas. Walaupun beberapa ada yang menggunakan untuk jok motor dengan finishing tatah atau ukir yang kemudian diwarnai. Kulit nabati yang digunakan untuk membuat dompet dan tas, ada beberapa yang diolah proses basah terlebih dahulu dengan menggunakan drum dan ada pula yang langsung tanpa proses basah.

Proses pengolahan kulit nabati tidak beda dengan proses pasca tanning pada umumnya bukan bahan untuk tanning (walaupun bisa ditambahkan). Proses pengolahan kulit nabati biasanya hanya dilakukan untuk menambah warna. Walaupun beberapa juga menambahkan bahan kimia seperti alumunium agar ketahanan terhadap panas atau suhu tingginya meningkat. Selain itu beberapa bahan seperti fatliquor ditambahkan untuk mendapatkan kelemasan tertentu karena kulit nabati cenderung kaku. Kemudian kulit difinishing sehingga tampilan menjadi lebih menarik. Baru kulit jadi (leather) dibuat barang jadi.



Beberapa pembuat atau produsen barang jadi, membuat produk dari kulit nabati tanpa melakukan finishing terlebih dahulu. Sehingga produk yang dihasilkan memiliki tampilan natural. Karena karakter kulit nabati yang kaku, kulit jenis ini banyak digunakan untuk pembuatan produk dengan metode handmade atau dijahit tangan (tidak menggunakan mesin jahit) dengan benang ukuran agak besar jadi lebih menonjolkan karakternya. Hanya saja produk jadi dari kulit nabati tanpa finishing (seperti ukir dan diwarnai) mempunyai harga jual yang rendah.

Salah satu cara finishing untuk menaikkan harga jual produk barang jadi dari kulit nabati bisa dilakukan dengan jalan di-spray dengan tampilan antik atau klasik. Aplikasi ini mengadopsi dari finishing dari Amerika atau yang biasa mereka sebut ASOF (American Style of Finishing). Warna yang digunakan pada proses finishing juga tidak terlalu banyak hanya sebatas antara kuning, havana dengan sedikit warna merah. Memang finishing ASOF mempunyai tahapan aplikasi yang panjang, untuk itu kami berusaha menyingkatnya tetapi tetap berusaha agar tampilan tetap menarik dan antik.

Proses pembuatan finishing antik di kulit nabati kami lakukan dengan jalan:

  1. Membuat pola pada kulit 
  2. Memotong kulit sesuai dengan pola 
  3. Aplikasi stain coat dengan warna yang cerah (kekuningan) 
  4. Aplikasi base coat secara tipis 
  5. Aplikasi medium coat dengan warna yang lebih gelap terutama di bagian pinggir 
  6. Ulangi no.5 hingga didapatkan warna yang diinginkan 
  7. Aplikasi top coat

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di youtube kami :

Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive