KELUNTURAN WARNA TERHADAP CAHAYA bagian 1

LARE-PU
Apakah rekan-rekan pernah bertanya-tanya barang jadi dari kulit yang biasa kita gunakan atau bahkan leather yang kita proses sudah tahan terhadap cahaya matahari? Apakah orang yang awam terhadap kulit/leather paham apa itu light fastness? Apakah perubahan atau lunturnya warna pada kulit akibat sinar matahari bisa dikurangi sehingga barang jadi seperti tas, jaket, dan sepatu yang digunakan lebih awet dan tahan lama? Perlu enggak sich light fastness pada leather?

Beberapa pertanyaan diatas harusnya sudah menjadi pembahasan bagi para penyamak kulit. Bagi para penyamak kulit yang lebih mengutamakan kualitas leather yang dihasilkan akan selalu melakukan kontrol proses yang baik sehingga nantinya saat leather dibuat menjadi berbagai macam produk tidak akan mengecewakan si pemakai. Semakin baik kualitas leather yang dihasilkan secara tidak langsung akan menaikkan harga jual yang juga akan menguntungkan bagi pengolah kulit itu sendiri.

Selama ini belum banyak para pengolah kulit yang mengenal atau mengetahui dengan gamblang apa itu light fastness, yah… walaupun hanya mengetahui istilahnya saja. Bisa dibilang light fastness merupakan kelunturan warna terhadap cahaya. Memang perlu diakui pengujian leather terhadap cahaya/sinar matahari belum dilakukan oleh para pengolah leather. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang belum banyak. Ataukah memang dari pihak pembeli dalam hal ini pemakai barang jadi masih awam terhadap hal tersebut. Ataukah juga pengujian light fastness belum terlalu diperlukan karena pemakain leather jarang sekali terkena sinar matahari kecuali jaket.



Perusahaan TFL yang merupakan salah satu perusahaan besar dibidang dyestuff atau pewarna mengemukakan bahwa pengujian ketahanan warna terhadap cahaya dilakukan sesuai dengan prosedur dari ISO EN 105-B06 atau dari DIN 75202 (FAKRA). Pengujian ketahanan warna terhadap cahaya dilakukan menggunakan lampu Xeon dengan panjang gelombang yang menyerupai dari sinar matahari. Pengujian ketahanan warna terhadap cahaya ini tentu saja bagi pengolah atau penyamak kulit akan mengalami kesusahan apalagi bagi para UKM yang mempunyai keterbatasan modal.

Pewarnaan pada proses pengolahan kulit dilakukan pada saat tahapan proses ke-3 yaitu pada proses pasca tanning tepatnya pada proses dyeing. Proses dyeing atau pewarnaan dasar menggunakan dyestuff sehingga seluruh kulit mempunyai warna yang seragam. Perlu diketahui bahwa selama ini orang awam meyakini kalau warna dasar dari leather (bagian flesh) sama dengan bagian atas (grain) maka kualitas warna dari leather adalah baik. Padahal belum tentu. Pengujian warna pada leather bisa dikatakan baik atau tidak perlu dilakukan pengujian tersendiri seperti rubbing test atau luntur tidaknya warna pada kain baik dalam keadaan basah maupun kering. Bayangkan saja apabila barang dari kulit yang kita pakai warnanya luntur dan mengenai baju/pakaian yang kita pakai, bisa berabe. Hal inilah yang seharusnya menjadi tolak ukur bagi para penyamak kulit dalam menentukan kualitas dari leather yang dihasilkan dan perlu memberikan penjelasan terhadap orang awam.



Dyestuff sangat berbeda dengan pigment. Pengertian dyestuff dapat rekan-rekan baca disini. Sedangkan pigment mengandung mineral sehingga warna yang dihasilkan tidak mudah luntur terhadap cahaya. Dengan demikian memang penanggulangan kelunturan warna  terhadap cahaya bisa diatasi dengan menggunakan pewarna pigment pada saat finishing. Akan tetapi imbas dari penggunaan pigment adalah warna yang kurang natural. Bisa dibilang gradasi warna pada leather tidak terlihat sehingga warna terlihat flat tidak mempunyai kedalaman. Leather yang hanya menggunakan pewarna dyestuff bisa dijumpai pada kulit atau leather jenis pull up untuk membuat tas dan dompet, sedangkan penggunaan pigment banyak dijumpai pada kulit jenis boks yang biasa dibuat untuk sepatu kantor.

Salah satu cara agar leather mempunyai light fastness yang baik bisa dilakukan pada proses dyeing dengan menambahkan anti oksidan. Hal ini sudah dilakukan dan sudah ada yang menerbitkan percobaannya (bisa rekan-rekan browing). Akan tetapi dengan adanya penambahan anti oksidan akan berimbas pada harga leather yang semakin mahal. Sehingga akan menimbukan pertanyaan selanjutnya apakah daya beli masyarakat sudah sanggup? Atau apakah memang sudah diperlukan leather yang mempunyai ketahanan warna terhadap sinar matahari yang sudah baik?

Sebenarnya sungguh sangat disayangkan apabila kita mempunyai barang jadi dari leather hanya karena sering dipakai diluar ruangan dan sering terpapar sinar matahari menjadikan warnanya luntur. Padahal apabila dipegang kulitnya belum kaku atau kering. Masih banyak orang awam yang memakai produk kulit seperti tas dan jaket tanpa dilakukan perawatan. Bahkan untuk menggunakan produk perawatan yang sifatnya hanya melembabkan kulit lagipun tidak. Beberapa pemakai jaket sebagai contoh dalam kurun waktu 2-3 tahun sudah mengeluhkan kulit bagian lengan dari jaket sudah terasa kering dan kaku serta terdapat lipatan yang tentunya sudah tidak dapat diperbaiki lagi kecuali diganti. Tentu saja biaya yang dikeluarkan akan semakin mahal. Seperti kata pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati :)
percobaan dibawah sinar matahari

Cara yang lain adalah menggunakan bahan perawatan yang bisa menahan atau mengurangi kelunturan warna oleh sinar matahari. Seperti produk kami LARE-PU yang di formulasikan secara khusus agar mampu menahan sinar matahari. Bahan-bahan yang kami gunakanpun kami pilih secara seksama agar bahan perawatan leather LARE-PU tidak hanya menahan kelunturan warna akibat sinar matahari akan tetapi juga dapat melembabkan kulit sehingga tidak mudah kering, kaku dan pecah. Sehingga bahan perawatan leather LARE-PU dapat digunakan untuk berbagai macam kegunaan seperti pembersih, pelembab, pelindung, dan mampu menahan atau mengurangi kelunturan warna akibat sinar matahari. Selain itu perawatan LARE-PU menggunakan silikon sehingga mempunyai pegangan yang licin atau silky dan tampilan yang glossy tanpa merubah pegangan (tidak membuat kaku) seperti semir sepatu. Dengan berbagai macam keunggulan inilah maka LARE-PU dapat dipakai pada berbagai macam jenis barang jadi leather yang sudah difinishing. Berbeda dengan LARE-CH yang digunakan untuk kulit yang tanpa finishing seperti kulit jenis crazy horse yang hanya menggunakan wax dan oil tanpa pelapisan film sehinga lebih menonjolkan karakter antiknya.
Percobaan LARE-PU pada warna merah
Aplikasi LARE-PU dapat anda lihat pada video berikut ini

 
Selain itu kami juga melakukan pengujian terhadap noda tinta. Hal ini kami lakukan untuk menguji apakah kulit yang dirawat dengan LARE-PU bisa mengurangi bahkan menghilangkan noda tinta pada kulit. Video pengujian terhadap noda tinta dapat anda lihat pada channel youtube kami dibawah ini.



Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive