Pengujian Fisis Kulit Jadi (Leather)

Pengujian Fisis Kelunturan Cat
Untuk memperoleh hasil kulit tersemak yang sesuai, seperti yang diharapakan, maka pengontrolan selama proses berjalan harus dilakukan secara teliti dan terus menerus, agar dapat selalu disesuaikan dengan kondisi dan ketentuan yang diwajibakan untuk masing-masing penyamakan. Dalam penyamakan kulit ada beberapa jenis bahan penyamak yang digunakan seperti, bahan penyamak nabati, bahan penyamak mineral, bahan penyamak aldehyde, bahan penyamak minyak dan bahan penyamak syntan.
Harus diingat bahwa kulit merupakan bahan organik yang akan disamak, dan mempunyai sifat-sifat yang masih amat sensitif terhadap beberapa jenis kemikalia serta mikroorganisme, selam berlangsungnya proses penyamakan.
Pada akhirnya kulit jadi akan dijual ke pasaran. Tentunya pasar menginginkan kulit jadi yang terbaik agar kulit jadi tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsi dari jenis artikelnya masing-masing. Misalnya kulit sarung tangan (glove) harus sesuai dengan arah gerak dari jari tangan. Dengan adanya Standar Industri Indonesia (SII), maka dapaat diketahui kriteria kulit jadi yang memenuhi standar baik itu ditinjau dari segi fisik maupun kimiawinya yang tentunya disesuaikan dengan jenis artikelnya. Sebab setiap artikel mempunyai standar yang berbeda – beda. Analisa diperlukan untuk mengetahui kualitas kulit apakah kulit tersesbut sudah sesuai denagn Standar Industri Indonesia (SII) atau belum.
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II secara garis besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatau kulit samak adalah:
1.      Untuk menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu analisa atau pengujian dapat disimpulan bahwa kulit tersebut bermutu baik, sedang atau kurang.
2.      Untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses penyamakan kulit karena dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada hasil penyamakan kulit sehingga dapat diketahui pada proses apa saja yang mengalami kesalahan sehingga dapat dilakukan perbaikan pada proses berikutnya dengan harapan kulit yang dihasilkan  akan berkualitas baik.
3.      Untuk mengikuti proses produksi kulit yang berkualitas baik
Sebelum silakukan pengujian fisis, kulit biasanya dilakukan pengujian organoleptis. Pengujian fisis merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis tensil strenght, stiknes, crokmeter dan lain sebagainya, hal-hal yang diujidalam pengujian fisis meliputi; tebal kulit, kondisi penyamakan, ketahanan gosok cat kering maupun basah, ketahanan zwick, ketahanan tarik, ketahanan regang, ketahanan bengkuk, penyearapan air, dan ketahan letup. Untuk pengujian fisis kulit dilakukan sesuai dengan urutan proses yaitu dimulai dari menentukan tanding, mengambil contoh kulit untuk pengujian organoleptis, pengujian organoleptis, penyiapan contoh uji dari contoh kulit, conditioning, pengujian fisis, merangkum data, membandingkan dengan SNI, sampai menyimpulkan standar kulit.
1.      Uji kemasakan kulit
Pengujian kemasakan kulit merupakan pengujian fisis kulit untuk mengetahui apakah kulit sudah masak atau belum. Pengujian kemasakan kulit yang ditanning dengan krom adalah dengan dimasak dalam air yang mendidih. Kulit dipotong dengan ukuran tertentu misal 5cm x 5cm kemudian dimasak dalam air mendidih selama 2 menit. Untuk mengetahui kulit yang sudah masak atau belum perlu diketahui luas kulit sebelum dan sesudah dimasak. Apabila penyusutan luas kulit lebih dari 10% maka kulit belum bisa dikatakan masak.
2.      Uji kelunturan cat
Pengujian kelunturan cat merupakan menguji cat atau finishing yang digunakan sejauh mana mengalami kelunturan. Hasil akhir pengujian dibandingkan dengan alat greyscale. Sedangkan alat untuk menguji kelunturan menggunakan alaat croockmeter. Inti dari pengujian kelunturan cat adalah bagian permukaan kulit jadi(leather) digosok menggunakan kain warna putih dengan kondisi kering dan basah.
3.      Uji kuat tarik
Pengujian kuat tarik kulit jadi merupakan seberapa kuat kulit mengalami penarikan. Pengujian kuat tarik diaplikasikan pada kulit dengan lebar 1cm. Hasil kuat tarik dari kulit mempunyai satuan Kg/cm2
4.      Uji penyerapan air
Pengujian penyerapan air pada kulit jadi (leather) merupakan seberapa besar kulit dapat menyerap air.
5.      Uji kuat letup
Pengujian kuat letup dari kulit jadi (leather) merupakan seberapa kuat kulit jadi (leather) menerima tekanan.
6.      Uji kemuluran
Pengujian kemuluran hampir sama dengan pengujian kuat tarik. Hanya saja seberapa panjang kulit mengalami perubahan
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive