Uji Kerekatan Cat |
Mutu
adalah suatu subyek yang abstrak, yaitu sesuai yang bernilai mahal, tahan lama,
kuat dan memenuhi keinginan konsumen. Menurut SNI 19-8402-91 mutu adalah
karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat.
Berdasarkan
definisi tersebut maka suatu barang atau jasa dikatakan bermutu apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Sesuai
dengan kebutuhan dan penggunaan
2. Memuaskan
keinginan konsumen
3. Sesuai
persyaratan yang ditentukan
4. Sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku
5. Ekonomis.
Pengujian kulit sangat diperlukan untuk mengetahui
kualitas kulit jadi yang nantinya akan dibandingkan dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI). Selain itu, tuntutan konsumen untuk membeli kulit yang
memenuhi standar (SNI) juga menjadi alasan untuk meningkatkan kualitas kulit
jadi.
Dengan adanya Standar Industri Indonesia (SII), maka dapaat diketahui
kriteria kulit jadi yang memenuhi standar baik itu ditinjau dari segi fisik
maupun kimiawinya yang tentunya disesuaikan dengan jenis artikelnya. Sebab
setiap artikel mempunyai standar yang berbeda – beda. Analisa diperlukan untuk
mengetahui kualitas kulit apakah kulit tersesbut sudah sesuai denagn Standar
Industri Indonesia (SII) atau belum.
Untuk kulit
samak krom biasanya digunakan untuk atasan sepatu atau upper leather, untuk
garment dan untuk sarung tangan. Sedangkan kulit samak nabati bisanya digunakan
untuk kulit sol dan kulit lapis.
Menurut Jayusman dalam diktat
penuntun praktikum ilmu bahan II secara garis besar tujuan dilakukannya
pengujian terhadap suatau kulit samak adalah:
1. Untuk
menentukan mutu atau kualitas kulit secara umum, karena melalui suatu analisa
atau pengujian dapat disimpulan bahwa kulit tersebut bermutu baik, sedang atau
kurang.
2. Untuk
mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses penyamakan kulit karena dari
hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada hasil penyamakan
kulit sehingga dapat diketahui pada proses apa saja yang mengalami kesalahan
sehingga dapat dilakukan perbaikan pada proses berikutnya dengan harapan kulit
yang dihasilkan akan berkualitas baik.
3. Untuk
mengikuti proses produksi kulit yang berkualitas baik.
Pengujian
terhadap kulit samak secara umum di bagi menjadi 4, yaitu pengujian
organoleptis, fisis, kimiawi, dan mikrobiologis. Namun yang sering digunakan di
Indonesia hanyalah 3 pengujian yaitu organoleptis, fisis, dan kimiawi. Hal ini
disebabkan karena ketiga syarat pengujian tersebut saling berhubungan dan saling
mendukung satu sama lain.
Pengujian
organoleptis merupakan pengujian menggunakan pancaindra dan sering dilakukan
secara visual. Dalam pengujian ini sering di gunakan alat bantu sederhana
seperti mistar, cutter, dan silverpen, dalam pengujian ini
sifat-sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf, keadaan kulit,keadaan cat,
kelentingan dan ketahanan sobek. Setelah selesai pengujian organoleptis, kulit dilakukan pengujian fisis dan pengujian kimiawi.
1. Uji kelemasan kulit
Pengujian organoleptis yang secara umum dilakukan
menggunakan panca indera atau tangan kurang lebih belum bisa dijadikan patokan.
Biasanya dilakukan dengan membandingkan kulit standar. Untuk pengujian
kelemasan kulit apakah sudah sesuai atau belum perlu dibandingkan dengan
standarnya. Kelemasan ini bisa berarti apakah kulit lemas ataukah kaku.
2. Uji kelepasan nerf
Pengujian kelepasan nerf dilakukan dengan meletakkan
kulit di tangan sedangkan tangan yang satunya menekan dengan jari. Apabila
terjadi kerutan-kerutan yang besar maka bisa dikatakan kulit mengalami
kelepasan nerf. Dengan kata lain pengujian kelepasan nerf hampir sama dengan
menguji loose kulit secara organoleptis
3. Uji keretakan nerf
Pengujian keretakan nerf dilakukan dengan melipat
kulit searah punggung kemudian dilipat lagi. Apabila kulit retak maka uji
keretakan nerfnya tidak lolos.
4. Uji kelentingan
Pengujian kelentingan kulit adalah dengan dibengkuk
menurut garis punggung nerf kemudian ditekan naik-turun. Apabila ada perlawanan
dari kulit maka kulit tersebut bisa dikatakan lenting.
5. Uji kelunturan cat
Pengujian kelunturan cat menggosok kulit dengan kain
berwarna putih yang kering dan basah. Apabila kain mengalami perubahan warna
maka bisa dikatakan kulit mengalami kelunturan cat.
6. Uji kelepasan/kerekatan cat
Pengujian kelepasan/kerekatan cat dilakukan
menggunakan isolasi yang direkatkan pada kulit bagian nerf kemudian ditarik.
Apaila dibagian isolasi ada cat yang menempel maka uji kelepasan/kerekatan cat
kulit tidak lolos uji
7. Uji kuat sobek
Pengujian kuat sobek secara organoleptis pada kulit
dilakukan dengan membuat lubang dengan cutter yang kemudian ditarik menggunakan
tangan. Apabila pada saat ditarik ada perlawanan maka kulit mempunyai kuat
sobek yang tinggi.