Jam dari limbah shaving |
Limbah sudah menjadi bagian
dari sebuah industri yang mengolah dari bahan baku menjadi suatu produk atau
barang jadi. Bagi sebagjan industri limbah menjadi momok tersendiri akan tetapi
bagi sebagian yang lain menjadi nilai lebih tersendiri karena dapat mengatasi
atau mengolah menjadi barang atau produk lain yang lebih bermanfaat. Limbah
yang tidak dapat tertanggulangi akan semakin menumpuk dan akan menjadi beban
bagi perusahaan tersebut. Terlebih lagi perusahan atau industri yang bergerak
di bidang kimia akan sangat kesulitan dalam mengolah hasil samping limbah cair
yang dihasilkan.
Pada limbah industri
pengolahan kulit sudah disebutkan bahwa limbah dari industri pengolahan kulit
bisa berupa padat maupun cair. Limbah cair yang dihasilkan karena memang
industri pengolahan kulit sebagian besar berupa proses basah yaitu 3 dari 4
tahapan proses besar merupakan proses basah yang menggunakan bahan utama air. Tiga
tahapan proses besar yang menghasilkan limbah cair adalah Beam House Operation,
Tanning dan Pasca Tanning. Sedangkan Finishing walaupun ada akan tetapi sangat
sedikit menghasilkan limbah cair.
Limbah padat pada industri pengolahan
kulit sebagian besar dihasilkan pada proses kering seperti shaving, trimming
dan buffing. Sedangkan limbah unhairing yang berupa bulu dihasilkan dari proses
liming pada tahapan proses beam house operation. Limbah padat inilah yang
nantinya lebih mudah untuk dijadikan produk lain yang mempunyai nilai lebih.
Pengolahan limbah padat dari
industri pengolahan kulit beberapa sudah dilakukan di beberapa perusahaan. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi beban timbulnya limbah. Beberapa perusahaan
lainnya hasil limbah padat bisa dijual secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu seperti limbah trimming dari kuli jadi (leather).
Beberapa contoh pengolahan limbah padat yang bisa
dilakukan oleh home industri antara lain:
1
1. Pembuatan
kertas atau aksesoris
Inti dari barang
jadi yang akan dibuat adalah merekatkan limbah shaving yang berbentuk serbuk
menjadi padat atau lembaran dengan menggunakan lem. Bahan baku utama yang dibutuhkan
sangatlah sederhana yaitu berupa limbah shaving kulit wet blue dan lem PVAc.
Pemilihan limbah
shaving kulit wet blue karena kulit ini sudah di tanning dengan bahan krom
sehingga tahan terhadap pembusukan. Sedangkan pemilihan lem PVAc dikarenakan lem
jenis ini mudah didapatkan.
Bahan baku lain yang bisa dicampurkan adalah potongan
kertas yang diblender kecil-kecil dan tentu saja ditambahkan air sebagai media
untuk mencampurkannya. Pembuatan dimulai dengan mencampur limbah shaving dengan
lem dengan perbandingan tertentu bisa dengan 4:1 atau 2:1 yang ditambah sedikit
air. Kemudian dicampur dan diaduk hingga merata. Setelah itu dilakukan
pencetakan dengan ketebalan sesuai dengan selera. Pencetakan adonan bisa sudah
berbentuk barang atau bisa lembaran yang nantinya bisa dipotong sesuai dengan
selera. Untuk menambah nilai jual bisa dilakukan dengan pewarnaan dengan
menggunakan pilok.
2
2. Pembuatan
lem & pakan ternak (pelet)
Inti dari
pembuatan lem adalah dengan jalan hidrolisis dari sisa trimming kulit mentah.
Proses hidrolisis dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10% dalam labu yang
dipanaskan. Sebelumnya kulit mentah limbah trimming terlebih dahulu dipotong
kecil-kecil agar mempercepat proses hidrolisis.
Pembuatan pelet
lebih sederhana lagi karena tinggal mencampurkan bahan-bahan yang biasa dipakai
untuk pakan ternak ditambah dengan limbah trimming kulit mentah seperti lemah
atau sisa daging. Bahan baku yang biasa digunakan seperti dedak(sekam padi),
dan jagung. Sisa daging atau lemak terlebih dahulu di haluskan dengan blender,
begitu juga dengan jagung secara terpisah. Kemudian dilakukan pencampuran
dengan menambahkan air hingga membentuk adonan yang kemudian dicetak
kecil-kecil untuk pakan hewan seperti ikan lele.
3. Pembuatan
bata beton
Pembuatan beton dilakukan
hanya dengan mencampurkan bahan-bahan untuk bangunan seperti semen pasir.
Sedangkan limbah dari industri pengolahan kulit bisa diambilkan dari limbah
padat buffing. Khusus untuk pembuatan bata beton ini perlu dilakukan uju SNI
03-0691-1996 sehingga dapat diketahui kualitas dari bata beton yang dihasilkan.