Ekstraksi Kesumba Sebagai Pewarna Dasar(Dyes) pada Proses Dyeing


Kesumba source:google
Sebelum ke ekstraksi biji kesumba, sebaiknya rekan-rekan mengetahui apa itu ekstraksi terlebih dahulu. Proses ekstraksi telah kami jabarkan disini
Kesumba keling termasuk dalam Familia Bixaceae dengan sinonim Pigmentaria Rumph.  Tanaman ini merupakan perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 2 – 8m dan berasal dari Amerika tropis. Kesumba keling banyak ditanam di taman, tepi jalan, dekat pagar dan kadang tumbuh liar di hutan dan tempat-tempat lain dari ketinggian 1 – 1200m di atas permukaan air laut.

Daunnya berupa daun tunggal yang bertangkai panjang dan berbentuk bulat telur. Ujung daun runcing dengan pangkal daun rata dan kadang berbentuk jantung. Tepi daunnya rata dan memiliki panjang 8 – 20cm dan lebar 5 – 12cm serta berwarna hijau berbintik merah.

Bunganya indah dengan warnah merah muda atau putih dan berdiameter 4 – 6cm. Buahnya seperti buah rambutan, tertutup rambut sikat berwarna merah tua atau hijau dan berbentuk pipihyang panjangnya 2 – 4cm. Buahnya berisi banyak biji kecil berwarna merah tua.

Zat warna merah dan kuning yang dihasilkan dari kulit biji digunakan untuk mewarnai mentega dan keju, bahan anyaman, katun, atau dipakai untuk mengecat kuku dan membuat gincu. Kulit kayunya dibuat tali.

Batang dan daun kesumba keling mengandung tanin, calsium oxalat, saponin, dan lemak. Daun, akar, dan bijinya mengandung zat warna, bixine, orelline, glucoside, zat samak, dan damar.
 Seluruh bagian tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan. Bagian-bagian kesumba keling dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit antara lain :
1.      Daun : mengobati disentri, diare, oedem, perut kembung, masuk angin, perdarahan, dan kurang napsu makan.

2.      Kulit batang dan kulit akar : mengobati demam influenza.

3.      Daging buah : sakit lambung (gastritis)

4.      Bubuk dari kulit biji : mengobati cacingan

5.      Biji : mengobati penyakit kulit, seperti erysipelas, antidote keracunan singkong, dan jarak pagar (Jatropha curcas).

Penggunaan kesumba keling untuk pemakaian dalam dapat dilakukan dengan cara merebus 3 – 10gr herba kemudian menggunakan air rebusannya untuk diminum. Sedangkan untuk pemakaian luar dapat dilakukan dengan cara menumbuk atau menggiling herba sampai halus kemudian membubuhkannya ke tempat yang sakit.

Cara pengobatan menggunakan herba ini untuk beberapa penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.    Masuk angin : mencuci bersih campuran 1/4 genggam daun kesumba keling, 1/4 genggam daun poko, 3 buah cabe jawa, 3 jari gula enau, kemudian direbus dengan 3 gelas minum air bersih sampai tersisa dua seperempat gelas. Setelah dingin disaring dan dibagi untuk 2 – 3 kali minum.

2.    Demam : mencuci 1/3 genggam daun kesumba keling kemudian direbus dengan 3 gelas minum air bersih sampai tersisa dua seperempat gelas. Setelah dingin lalu disaring dan ditambahkan gula secukupnya kemudian dibagi untuk 2 kali minum. Untuk pengobatan luar, daun diremas-remas dengan air kemudian air remasannya dipakai untuk membasahi/mengkompres kepala.

3.    Kurang napsu makan : mencuci bersih 3/5 genggam daun herba kemudian merebus dengan 3 gelas air minum bersih hingga tersisa dua seperempat gelas. Setelah dingin disaring, dan dibagi untuk 3 kali minum. Dapat diminum dengan menambahkan madu seperlunya.

4.    Diare : mencuci 1/3 daun herba kemudian merebusnya dengan 2 gelas air minum bersih sampai tersisa satu setengah gelas. Setelah dingin disaring, dan ditambahkan madu seperlunya lalu dibagi untuk 2 kali minum. 

Kandungan utama dari biji kesumba adalah zat warna bixin yang merupakan grup dari asam karboksilat karotenoid. Selain biksin, biji kesumba juga mengandung norbixin. Bixin larut dalam pelarut organik  seperti chloroform, aseton, etil asetat dan  natrium hidroxida yang dapat memberikan  warna dari kuning hingga merah. Bixin akan  mengalami degradasi saat dipanaskan dan akan berubah menjadi norbixin saat terdapat garam sodium (Na) atau potassium (K) berlebih (Smith, 2006).
Senyawa Cis Bixin

Senyawa Trans Bixin

Proses ekstraksi dilakukan dengan memanaskan campuran biji kesumba dengan air perbandingan 1:10. Pemanasan dilakukan selama 20 menit hingga semua warna merah pada biji kesumba terlarut sempurna
Ekstraksi Biji Kesumba
 Untuk proses pewarnaan terlebih dulu kulit krus dilakukan wetting back yaitu direndam dengan menggunakan air. Proses wetting back biasanya ditambahkan wetting agent untuk mempercepat prosesnya. Apabila kulit terlah terasa basah maka larutan wetting back dibuang. Masukkan larutan ekstraksi biji kesumba kemudian remas-remas kurang lebih selama 1 jam sampai kulit terwarnai. Untuk proses fiksasi bisa dilakukan dengan penambahan asam formiat (formic acid/FA).
Proses Pewarnaan/Dyeing
Hasil Pewarnaan Biji Kesumba
 
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive