Kulit Double Layer |
Seiring dengan
perkembangan teknologi, industri-industri di Indonesia semakin bersainguntuk
memproduksi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu dari industri yang
memilikinilai ekonomi tinggi adalah industri penyamakan kulit. Kulit samak
merupakan kulit yang dihasilkandari proses penyamakan dan berbahan baku dari
kulit mentah. Kulit mentah yang digunakan dalamproses penyamakan berasal dari
kulit hewan seperti sapi, kambing, domba, buaya, ular, dan hewan-hewan lainya.
Dalam makalah ini difokuskan pada pembahasan mengenai kulit kambing, domba,
dankulit sapi.
Fungsi kulit pada hewan
adalah untuk melindungi jaringan-jaringan dibawahnya, alat perasa,dan tempat
penyimpanan cadangan energi. Namun, ketika hewan itu telah dipotong, kulit
akankehilangan fungsinya dan kualitasnya menjadi menurun. Oleh karena itu,
diperlukan pengolahan kulitlebih lanjut, yaitu proses penyamakan. Proses
penyamakan kulit pada dasarnya adalah prosespengubahan struktur kulit mentah
yang mudah rusak karena aktifitas mikroorganisme menjadi kulitsamak yang tahan
lama. Prinsip dalam proses penyamakan adalah pemasukan bahan-bahan tertentu
kedalam jalinan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara kulit dan
bahan penyamak.
Kulit samak merupakan
produk dengan nilai jual yang tinggi. Hal ini dikarenakan hasil kulitsamak
memiliki sifat yang lebih kuat dan stabil terhadap pengaruh fisik, biologis,
dan kimia,sedangkan kulit mentah yang merupakan bahan dasar kulit samak
memiliki sifat yang mudah rusak dan membusuk. Kulit samak banyak digunakan
sebagai bahan baku tas, sepatu, jaket, dompet, ikatpinggang, dan sebagainya.
Akan tetapi dalam sebuah
proses penyamakan kulit sudah pastinya tidak akan pernah terlepas dari adanya
sebuah kerusakan yang akan berakibat menurunnya kualitas kulit hasil samak yang
dalam istilah disini disebut dengan defek kulit. Defek ini terdiri dari
postmortem dan antemortem.
Defek
kulit adalah kerusakan-kerusakan yang di alami oleh kulit samak yang kerusakan
itu dapat disebabkan dari beberapa faktor yang kerusakan dapat menyebabkan
menurunya kualitas kulit samak di pasaran bahkan dapat menyebabkan kulit
tersebut tidak bisa di gunakan lagi untuk diolah menjadi leather lagi. Adapun
kerusakan kulit dibedakan menjadi dua yaitu kerusakan saat antemortem dan
kerusakan saat antemortem. Kerusakan antemortem disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini terdiri dari jenis
bangsa, iklim, musim,dan makanan.
A.
Faktor Jenis Bangsa
Berbagai sifat buruk pada kulit hewan dapat disebabkan oleh
factor jenis bangsa hewan itu. Kulit lembu dan domba ternyata mempunyai sifat buruk
lebih banyak dibanding dengan kulit samak sapi dan kambing. Kulit yang baik untuk
industri penyamakan pada umumnya adalah yang montok, padat, serta struktur seratnya
seragam. Kulit yang montok biasanya disamak untuk membuat sol sepatu, sabuk dan
produk lainnya yang memerlukan kulit tebal dan berat.
Kulit yang bersifat meluas, meskipun tidak termasuk dalam golongan
yang baik mempunyai arti penting karenafaktor utama yang menentukan adalah jenis
bangsanya.
Kulit domba, beberapa jenis bangsa domba tertentu, kulitnya tidak
baik. Domba yang diternak untuk produksi wol halus, kulitnya tipis, banyak lubang-lubang
kecil serta ada gambaran iganya sehingga hanyadapat digunakan untuk kulit samak
yang termurah saja.
Kulit kambing, meskipun antara jenis bangsa kambing terdapat
variasi pada rajah, bobot dan tebal kulit, klasifikasi yang berlaku adalah tingkat
mutu rajahnya yaitu rajah halus, rajah sedang dan rajah kasar. Klasifikasi cara ini dipengaruhi oleh
umur hewan waktudisembelih. Semakin tua hewan akan semakinkasar rajah
kulitnya.
B. Faktor
Iklim
Iklim dapat mempengaruhi substansi kulit hewan dan rajah
dari kulit samak yang dihasilkan. Pada umumnya hewan yang dipelihara didaerah beriklim
panas mempunyai rambut atau wol yang pendek dan kulit samak yang dihasilkan bermutu
tinggi, dengan gambaran rajahnya yang halus dan licin, sedangkan hewan yang
dipelihara didaerah beriklim dingin mempunyai rambut atau wol yang lebih panjang
dan hasil kulit samaknyakan menurun mutunya dengan gambaran rajah lebih kasar.
C.
Faktor Makanan
Pengaruh makanan terhadap keehatan hewan, sangat besar.
Demikian pula tehadap sifat dan kualitas kulitnya. Hewan yang mendapat makanan
yang bergizi rendah akan menjadi relatif kecil dan kulitnya pun akan tipis dan kurang
substansinya.
Kerusakan kulit oleh gizi rendah, banyak terjadi pada kambing
dibandingkan dengan hewan lainyang karena pada umumnya kambing-kambing yang
dipelihara secara bebas di padang rumput yang kurang subur. Akibanya, banyak kulit
kambing yang tidak baik untuk berbagai produk kulit samak.
Saltsickness di
daerah daerah tertentu sangat merugikan karena banyaknya kematian dan menurunnya
kesehatan hewan. Penyebabnya adalah kurangnya zat mineral di antaranya garam dapur,
cuprum, cobalt dalam makanan hewan. Hewan hewan lambat laun akan kehilangan nafsu
makan, menjadi kurus, dan lemas
Dalam penelitian menunjukan bahwa zat atau subtansi
fluorescent yang terdapat dalam jenis rumput tertentu dapat menyebabkan kulit hewan
hewan tertentu tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu kuat.
D.
Faktor Musim
Didaerah beriklim dingin pada waktu waktu hewan dipotong dalam
suatu musim dapat mempengaruhi kualitas kulit. Pengaruh musim ini sedikit banyaknya
berkorelasi dengan faktor-faktor diet, cuaca dan infasi parasite.
Kulit yang dikuliti dalam bulan Juli, Agustus dan September
di Amerika Serikat dianggap hasil kulit yang terbaik, karena kulit tersebut akan
mempunyai substansi kulit yang relative lebih banyak serta mempunyai rambut
yang relatif lebih sedikit dari pada kulit-kulit yang dihasilkan dalam musim dingin.
Kulit musim dingin akan menghasilkan kulit samak yang
rajahnya lebih kasar. Ini disebabkan karena pertumbuhan bulunya akan diperhebat.
Rajah kasar demikian dapat pula sama kondisinya dengan oatmeal grain pada pedet
yang dipotong dalam musim dingin. Di musim dingin pula kulit hewan juga akan muncul
cockle, yaitu bentuk nodul nodul yang keras di daerah leher dan perut kulit samak
yang bisa menyebakan tenunan selular juga.