Proses Finishing Spray |
Sebelum membahas finishing
pada kulit kita bahas dahulu pengertian dari finishing. Sehingga rekan-rekan
paham apa itu finishing secara umum.
Finishing secara uumum dapat
diartikan sebagai memberikan lapisan tipis (film) pada suatu permukaan.
Permukaan disini dapat rekan-rekan artikan semua benda yang mempunyai permukaan
seperti tembok, kayu, kulit, besi dan lain-lain. Walaupun permukaannya berbeda
akan tetapi intinya sama yaitu memberikan lapisan tipi dengan tujuan protektif
dan dekoratif. Protektif berarti memberikan perlindungan pada benda tersebut.
Sedangkan dekoratif berarti memperindah atau mempercantik benda tersebut.
Bagi rekan-rekan yang masih
bingung dengan finishing, rekan-rekan bayangkan saja plastic tipis benning di
lapiskan pada permukaan suatu benda. Maka jadilah plastik tersebut menjadi
lapisan finishing. Tentu saja finishing dalam arti sesungguhnya tidak semudah
itu. Pembuatan untuk bahan kimia finishing secara khusus dibuat untuk jenis
permukaan suatu benda. Misalkan saja bahan pembentuk film untuk tembok berbeda
dengan kayu walaupun bahan kimia pembentuk lapisan tipisnya (film) berasal dari
tipe yang sama yaitu semisal Acrylic.
Setelah
rekan-rekan paham apa itu finishing secara umum maka kita beranjak ke finishing
pada kulit. Bagaimana sih finishing pada kulit itu? Sama atau tidak finishing
pada kulit dengan finishing yang lainnya? Apakah tujuannya sama?
Proses penyempurnaan
(finishing) kulit merupaakn tahapan akhir pada proses pengolahan kulit, oleh karena
itu proses penyempurnaan ini menentukan sekali pada mutu kuilit jadi. Kulit jadi
yang sudah difinishing merupakan gambaran
dari seluruh proses yang dilakukan sejak kulit dilepas dari tubuh hewan (kulit
mentah) hingga proses finishing.
Di
atas telah disebutkan ada 2 macam tujuan finishing secara umum. Sedangkan
finishing pada kulit dapat juga digunakan untuk memperbaiki grain kulit akibat
defek selama proses pengolahan kulit. Tujuan finishing kulit diantaranya :
1.
Memberikan
proteksi atau perlindungan pada permukaan kulit dari kotoran, air dan minyak
2.
Mempertinggi
nilai guna dan nilai ekonomi kulit jadinya (leather)
3.
Menutup,
menyamarkan dan mengurangi cacat pada bagian grain/rajah
4.
Meratakan,
memodifikasi dan menyempurnakan warna dari cat dasar (dyeing pada pasca
tanning)
5.
Memberikan
tampilan yang lebih menarik atau sesuai keinginan
6.
Memberikan
modifikasi sentuhan dan tingkat kilap (gloss)
7.
Membuat
rajah buatan pada kulit split dan corrected grain
Selain tujuan diatas proses
dilakukannya finishing diharapkan juga dapat memberikan keuntungan. Misalkan
saja leather jadi lebih tahan cahaya, tahan goresan dan tahan dari absorpsi
air. Untuk mendapatkan leather sesuai dengan keinginan makan perlu adanya
pemahaman tentang penggunaan bahan kimia yang digunakan. Apakah bahan kimia
yang kita gunakan untuk finishing nantinya akan memenuhi kriteria sesuai dengan
apa yang kita harapkan.
Persyaratan penggunaan bahan
finishing (campuran dari beberapa bahan kimia) untuk membuat lapisan finishing harus
memenuhi beberapa kriteria tergantung dari jenis artikel yang akan kita buat.
Tentu saja persyaratan permintaan dari pembeli atau customer akan sangat
mempengaruhi penggunaan bahan finishing yang akan kita gunakan.
Untuk memenuhi persyaratan
tersebut maka lapisan finishing harus mempunyai kriteria, antara lain :
1.
Tingkat
elastisitas atau kemuluran
Bahan finishing yang kita pakai akan dapat
mempengaruhi kemuluran dari kulit. Sedangkan artikel tertentu diwajibkan
memiliki kemuluran atau elastisitas yang memadai. Misalkan kemuluran atau
elastisitas pada kulit garmen (jaket) akan berbeda dengan kulit artikel upper
shoes (atas sepatu)
2.
Tingkat
resistancy atau ketahanan
Lapisan film yang terbentuk nantinya hendaknya
memiliki ketahanan terhadap gosok baik kering maupun basah. Dengan tahan gosok
maka leather yang kita buat tidak akan mewarnai kain/baju yang akan kita pakai
(semisal pada kulit jaket). Selain itu diharapkan juga leather mempunyai
ketahanan terhadap cuaca dan pelarut solvent (pelarut organik seperti aseton)
atau bahan kimia lain sebagai contoh kecap dan saos saat kita membuat leather
untuk celemek.
3.
Tingkat
durability atau keawetan
Lapisan film yang terbentuk hendaknya menjadikan kulit
awet dalam jangka waktu tertentu.
4.
Tingkat
Stabilitas
Lapisan film yang terbentuk sebaiknya stabil terhadap
pengulangan seperti regangan, tekanan dan lekukan. Sebagai contoh tentu saja
kita tidak menginginkan kulit jaket kita apabila ditekuk tidak dapat kembali
seperti semula.
5.
Tingkat
adhesion atau daya rekat
Lapisan film yang terbentuk hendaknya memiliki daya
rekat yang baik. Apabila daya rekat kurang bagus maka lapisan film akan mudah
mengelupas.
6.
Tingkat
covering atau menutup
Lapisan film yang terbentuk akan terlihat baik apabila
mampu menutup atau menyamarkan cacat pada permukaan kulit sehingga kulit akan
terlihat lebih mulus dan halus.
7.
Tingkat comfortability atau kenyamanan
Lapisan film yang terbentuk dari finishing sebaiknya
tidak banyak merubah atau mempengaruhi sifat alami dari kulit seperti dapat
ditembus udara dan menyerap keringat. Sehingga leather yang kita paka dapat
memberikan rasa nyaman.
8.
Netral
Pada pencampuran bahan kimia untuk finishing sebaiknya
bersifat netral dapat saling dicampurkan satu sama lain tidak terjadi gumpalan.
Selain itu lapisan finishing tidak membuat iritasi pada pemakainya.
Itulah finishing pada kulit, kami harap rekan-rekan
sudah paham akan finshing terutama finishing pada kulit. Mengenai bahan kimia,
alat dan proses pengerjaannya akan kita bahas pada artikel lainnnya.