PEMBUATAN KULIT (LEATHER) BEBAS KROM MENGGUNAKAN NANO-SILIKA part 2


Oxazolidine
Sebelum rekan-rekan membaca PEMBUATAN KULIT (LEATHER) BEBAS KROM MENGGUNAKAN NANO-SILIKA part 2 sebaiknya rekan-rekan membaca part 1 dahulu disini. Telah disinggung pada part 1 kelebihan dan kekurangan proses tanning menggunakan silika pada proses pengolahan kulit. Selain itu alasan kenapa digunakan bahan silika dalam bentuk nano yang dikombinasikan dengan oxazolidine.
            Percobaan tanning menggunakan nano-silika kombinasi oksazolidin dilakukan pada kulit kambing. Sebelum proses tanning, terlebih dahulu kulit kambing dilakukan proses BHO (Beam House Operation) sampai pada proses bating. Jadi bahan baku yang digunakan adalah kulit bating kambing tanpa perlakuan pickling. Hal ini dikarenakan proses pra-tanning menggunakan oksazolidin dilakukan bukan pada pH rendah seperti tanning mineral (misal:krom) pada umumnya.
            Proses tanning dilakukan menggunakan drum proses tanning. Sebelum dilakukan tanning, kulit dikondisikan terlebih dahulu pada pH 4. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan untuk proses pra-tanning menggunakan oksazolidin. Penggunaan oksazolidin dilakukan dengan variasi sebanyak 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5% dari berat pelt kulit kambing. Proses di dalam drum dilakukan selama 2 jam. Setelah itu ditambahkan asam formiat (HCOOH) sampai pH 3,5. Kemudian drum diputar kembali selama 1 jam.
            Sebelum proses tanning menggunakan nano-silika, kulit kambing dilakukan pengurangan kadar air dan di shaving agar memiliki ketebalan kulit yang merata. Variasi penggunaan bahan tanning nano-silika sebanyak 3%; 5%; dan 7% yang diputar di dalam drum selama 3-4 jam. Setelah bahan nano-silika terpenetrasi sempurna ke dalam kulit, proses dilanjutkan dengan menambahkan 1% asam sulfat (H2SO4) dan 1% asam formiat (HCOOH) yang dilarutkan dengan 150% air untuk menurunkan pH sampai 2,5 selama 1,5jam. Kemudian proses dihentikan dan didiamkan selama over night (semalaman). Hari berikutnya dilakukan proses basifikasi dengan cara menambahkan natrium format (HCOONa) sebanyak 2% dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sebanyak 2% yang diencerkan 1:10 dengan air. Masing-masing dilakukan 4x masuk ke dalam drum dengan waktu selama 15 menit. Setelah proses selesai maka drum diputar kembali selama 2 jam dan pH di cek pada pH 5,0 – 5,5.
            Sebagai pembanding dilakukan juga proses tanning menggunakan bahan krom secara kovensional. Setelah itu masing-masing hasil proses tanning dilakukan proses pasca tanning meliputi proses netralisasi, washing, retanning, fatliquoring dan fiksasi.
            Proses netralisasi setelah proses tanning menggunkan bahan krom dilakukan sampai pada pH 6 – 6,2. Sedangkan proses netralisasi pada proses tanning yang menggunakan kombinasi nano-silika dan oksazolidin dilakukan sampai pada pH 5 yang sudah didapat setelah proses tanning selesai.
Proses netralisasi menggunakan bahan kimia natrium formiat sebanyak 1% dan natrium bikarbonat sebanyak 1,2%. Kemudian dilakukan pencucian atau washing dengan 100% air selama 10 menit.
            Proses retanning menggunakan Relugan D dan Relugan DLE yang merupakan produk dari BASF. Relugan D yang digunakan sebanyak 3%, sedangkan Relugan DLE sebanyak 2%. Masing-masing bahan retanning diputar di dalam drum selama 30 menit. Sedangkan proses fatliquoring dilakukan menggunakan bahan kimia Lipoderm liqor SLW sebanyak 4% dan Lipoderm liqor SAF sebanyak 3%. Lipoderm liqor SLW dan Lipoderm liqor SAF merupakan bahan fatliquoring produk dari BASF. Selain itu ditambahkan Coripol MK produk dari TFL sebanyak 3% yang diputar di dalam drum selama 45 menit.
            Proses selanjutnya adalah proses fixing atau fiksasi menggunakan asam formiat (HCOOH) sebanyak 2% selama 3x10 menit ditambah 45 menit. Setelah selesai kulit di angkat dan diamkan selama overnight.
            Pengujian kulit dilakukan setelah selesai proses tanning dan proses pasca tanning. Setelah proses tanning selesai dilakukan pengujian terhadap shrinkage temperature. Hasil shrinkage temperature dengan penggunaan nano-silka 3%; 5%; dan 7 % secara berurutan menghasilkan suhu 99,6 0C; 103,4 0C; dan 107,1 0C.
            Pengujian secara mekanik dilakukan pada kulit setelah proses pasca tanning selesai. Pengujian secara mekanik meliputi tensile strength, tear strength, dan burst strength. Hasil pengujian mekanik dapat dilihat pada tabel berikut :
Hasil pengujian
Selain itu pengujian juga dilakukan pada warna kulit dan ketahanannya terhadap jamur. Warna kulit dari tanning kombinasi oksazolidin dan nano-silika menghasilkan warna yang lebih putih dari pada kulit dengan tanning menggunakan krom.
Hasil pengujian ketahanan terhadap jamur
             Kulit dengan tanning kombinasi oksazolidin dan nano-silika mempunyai ketahanan terhadap jamur yang lebih baik jika dibandingkan dengan kulit yang di tanning menggunakan krom. Pengujian ketahanan terhadap jamur diamati selama 6 hari.

Sumber dapat rekan-rekan dapat di download disini :
Oleh : Yan Lu, Yi Chen, HaoJun Fan , BiYu Peng, Bi Shi 
Share:
Mohon Aktifkan Javascript!Enable JavaScript

Labels

acid dyestuff air air sadah air sadah. alam alami analisa antemortem anti jamur anti oksidan antik artikel asam amino assessing auksokrom auxiliaries auxiliary awet awetan bahan kimia bahan kimia finishing bahan pembantu barang jadi base coat bating beam house operation bebas bebas krom beeswax BHO biawak biaya biji kesumba Binder biodegradable bixin buang bulu buaya bunga cacat cacat kulit cahaya castor chrome tanned color coat colour coat cost crazy horse crosslinking agent crust crust dyed DAC DAS daun deacidification Defek Defek Iklim Defek Jenis Bangsa Defek kulit Defek Lingkungan Defek Makanan Defek Musim degreasing deliming dermis dialdehid domba download dyed dyeing dyes dyestuff eco eco-friendly ecoprint ekstraksi emulsi enzim enzyme epidermis fatliquor fatliquoring fiksasi finishing fisis free chrome fruit fruit leather full grain fungsi garam garam jenuh garam tabur grading green technology grey scale hewan hipodermis ikan pari istilah istilah kulit jaket jaringan jenis jenis artikel jenis artikel kulit jenis dyestuff journal jurnal kadar air kambing kandungan karakter dyestuff kelarutan kelarutan dyestuff kelunturan keringat kerusakan kerusakan kulit kesumba ketahanan warna kimiawi klasifikasi klasiikasi klasik konsep krom kromofor kromogen kualitas kuantitatif kulit kulit box kulit jadi kulit krus kulit loose kulit mentah kulit pickle kulit samak kulit segar kulit ular lapisan finishing LARE LARE-PU leaher leather leather laptop light fastness limbah limbah cair limbah industri pengolahan kulit limbah padat liming longgar kulit longgar loose luas luas kulit luas leather luka macam dyestuff matching color matching colour medium coat menguning mentah metameri metameric metamerism minyak mutu nabati nano-silika nature netralisasi neutralisation neutralization Oksasolidin oksazolidin organoleptis oxazolidine panca indera Pasca Tanning pelarut pemanfaatan pemanfaatan limba pembasahan pemeliharaan peminyakan pencucian pengasaman pengawetan pengolahan pengolahan kulit pengolahan limbah pengujian pengujian crust dyed pengujian dyestuff pengujian leather penjualan penjualan kulit penyakit penyamakan penyamakan bebas krom penyimpanan perawatan perendaman pewarna pewarna alam pewarnaan pewarnaan dasar pH pH Dyestuff pickle pickling polipeptida Post Tanning post-mortem postmortem print problem solving proses proses basah Proses pasca protein pudar pull up ramah lingkungan reptile resep resep fruit leather retannign I retanning retanning II review review journal saddle samak sapi senyawa bixin sepatu silika sinar matahari sisa sisa proses size skin snake soaking solvent sortasi spray staining struktur surfactant surfaktan syarat lapisan finishing tanin tanned Tanning tanning krom tanning mineral tes test tipe tipe dyestuff titrasi top coat translucent transparan tujuan tujuan finishing tumbuhan uji uji fisis uji kimiawi ukuran ular unhairing upper vegetable vegtan vitamin e warna warna luntur wax wet blue yellowing yogyakarta

Blog Archive